BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia yang
memiliki banyak keindahan alam, keunikan budaya, tempat bersejarah masa lalu, keindahan flora dan fauna, dsb. Berbagai
tempat yang ada di wilayah Indonesia bernilai positif bagi pariwisata
Indonesia. Beberapa daerah yang ada di wilayahnya pun berpotensi tinggi
dibidang pariwisata. Bali, pulau yang berada di posisi pertama jika dilihat
obyek wisata yang paling sering dikunjungi baik dari wisatawan asing maupun
dari lokal. Posisi kedua ditempati oleh Yogyakarta, kisah sejarah yang terlukis
di Kota Yogyakarta memberikan manfaat bagi macam budaya dan tempat bersejarah
yang menjadi daerah tujuan wisata. Selain dikenal sebagai kota pelajar, kota
pendidikan, Yogyakarta sangat dikenal sebagai kota pariwisata. Hal ini juga
didukung letak geografis kota Yogyakarta. Bahkan untuk menjangkau tempat
pariwisata sangat mudah aksesnya. Pariwisata seperti ini akan menimbulkan suatu perubahan
sosial yang kaitannya dengan pembangunan objek pariwisata.
Pembangunan
merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana melalui berbagai
macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Pembangunan yang dilakukan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan pada
berbagai aspek kehidupan. Perubahan tersebut tidak hanya berupa perubahan fisik
saja namun banyak juga yang bersifat non fisik. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan,
baik perubahan sosial maupun perubahan budaya. Perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat dapat berupa perubahan cepat maupun lambat dan dalam skala kecil maupun
besar. Perubahan tersebut beradaptasi
menyesuaikan perubahan dengan lingkungan. Perubahan juga terjadi pada objek
wisata Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta yang dulunya adalah Pasar
Ngasem. Perubahan yang terjadi pada Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta
meliputi berbagai bidang, dalam laporan observasi ini kita akan lebih
mengatahui perubahan apa saja yang terjadi pada Pasar Satwa dan Tanaman Hias
Yogyakarta.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana deskripsi obyek pariwisata
PASTY?
2.
Bagaimana proses interaksi yang terjadi
di lingkungan PASTY?
3.
Bagaimana dampak sosial-budaya,
sosial-ekonomi PASTY?
C.
Tujuan
1.
Mendeskripsikan obyek pariwisata PASTY
2.
Menguraikan proses interaksi yang
terjadi di lingkungan
PASTY
3.
Menguraikan dampak sosial-budaya,
sosial-ekonomi PASTY
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Interaksionisme Simbolik
Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di
belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling
penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang
bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan
individu yang lain.
Dalam hal ini
ada gunanya menggunakan gagasan Mead tentang petrbedaan perilaku tertutup
dengan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah proses berfikir, yang melibatkan
simbol dan makna. Perilaku terbuka adalah perilaku aktual yang dilakukan oleh
aktor. Beberapa perilaku terbuka tidak melibatkan perilaku tertutup (misalnya
perilaku habitual atau respon tanpa berfikir terhadap stimulus eksternal).
Namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku tersebut.
Perilaku tertutup menjadi pokok perhatian terpenting inteaksionis simbolis,
sementara itu perilaku terbuka menjadi pokok perhatian terpenting para
teoretisi pertukaran atau behavioris tradisional pada umumnya.
Makna dan
simbol memberi karakteristik khusus pada tindakan sosial (yang melibatkan aktor
tunggal) dan interaksi sosial (yang melibatkan dua aktor atau lebih yang
melakukan tindakan sosial secara timbal balik). Dengan kata lain, ketika
melakukan suatu tindakan, orang juga mencoba memperkirakan dampaknya pada aktor
lain yang terlibat. Meski sering kali terlibat dalam perilaku habitual tanpa
berfikir, orang memiliki kapasitas untuk terlibat dalam tindakan sosial.
Dalam proses
interaksi sosial, secara simbolis orang mengomunikasikan makna kepada orang
lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol-simbol tersebut dan
mengarahkan respon tindakan berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain,
dalam interaksi sosial aktor terlibat dalam proses pengaruh mempengaruhi.
Christopher (2001) menamakan interaksi sosial dinamis ini dengan “tarian” yang
melibatkan pasangan.
Interaksionis
simbolik tidak hanya tertarik pada sosialisasi namun pada interaksi secara
umum, yang juga “punya arti penting tersendiri” (Blumer, 1969B:8). Interaksi
adalah proses ketika kemampuan berfikir dikembangkan dan diekspresikan. Semua
jenis interaksi, bukan hanya interaksi selama sosialisasi, memoles kemampuan
berfikir kita. Diluar itu, berfikir membangaun proses interaksi. Pada sebagian
besar inteaksi, aktor harus mempertimbangkan orang lain untuk memutuskan ya
atau tidak dan bagaimana menyesuaikan aktifitas mereka dengan aktifitas orang
lain. Namun tidak semua interaksi melibatkan proses berfikir. Pembedaan yang
dilakukan Blumer
(Mengikuti
Mead) antara dua bentuk dasar Interaksi sosial relevan dalam pokok bahasan ini.
Yang pertama yaitu interaksi non simbolis/gagasan Mead tentang percakapan
gestur atau tidak melibatkan proses berfikir. Yang kedua interaksi simbolis
memerlukan proses mental. (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2010: 373)
B. Teori
Struktural Fungsional
Teori fungsional dan struktural adalah salah satu teori
komunikasi yang masuk dalam kelompok teori umum atau general theories
(Littlejohn, 1999), ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan
tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular
dengan ‘struktural fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari
teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu
alam khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara
mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang
berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut
pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau
‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang
paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.
Dalam teori menjelaskan
bahwa masyarakat sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) ang
independent. Masing-masing bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yang
berperan menjaga eksistensi dan berfungsinya sistem secara keseluruhan. Setiap
elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan dengan fungsi-fungsi dan
perannya terhadap sistem, serta dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku suatu subsistem. Jadi, yang dilihat adalah fungsi real, bukan fungsi
yang seharusnya.
Apabila suatu
sistem dapat mempertahankan batas-batasnya, maka sistem tersebut akan stabil.
Berfungsinya masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan
menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium
adalah masyarakat yang stabil, normal, karena semua faktor yang saling
bertentangan telah melakukan keseimbangan. ( I Gde Pitana dan Putu G. Gyatri ,
2005 :19)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian
Lokasi
penelitian kami gunakan sebagai objek kajian adalah PASTY (Pasar Hewan dan
Tanaman Hias Yogyakarta).
B. Waktu
Penelitian
Penelitian
kami lakukan pada :
Hari Rabu, 9 Oktober
2013 di PASTY
C. Bentuk
Penelitian
Berdasarkan
sifat dan spesifikasi yang diangkat dalam penelitian ini, maka bentuk
penelitian yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
kualitatif
deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat
sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian. Metode kualitatif ini
memberikan informasi yang lengkap sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.
Metode
penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki
dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ;
studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif,
studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini
ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang
situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak,
atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja,
kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang
meruncing, dan sebagainya.
D. Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan,
atau karekteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang
akan menunjang atau mendukung penelitian.
Adapun teknik
pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara
merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau data dengan cara
bertanya langsung kepada responden atau narasumber. Wawancara ini dilakukan
dengan cara komunikasi tatap muka, namun berbeda dengan kegiatan percakapan
yang kita lakukan sehari-hari. Dalam kegiatan ini, wawancara dan narasumber
belum saling mengenal sebelumnya.
2. Observasi
Observasi
merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka pengumpulan data sesuai
dengan masalah penelitian, melalui proses pengamatan di lapangan. Dalam
pelaksanaan observasi, peneliti memiliki pedoman observasi yang berisi daftar
mengenai sesuatu yang ingin di observasi. Jenis-jenis observasi ini ada dua,
yaitu observasi partisitifatif, dan observasi non partisipatif. Dalam observasi
partisipatif dibagi menjadi dua yaitu partisipatif penuh dan sebagian.
3. Studi pustaka
Studi
kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaah literatur.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari sumber data sekunder yang mendukung
penelitian dengan menggunakan bahan-bahan dokumentasi, baik berupa buku,
majalah maupun arsip-arsip lainnya
yang mendukung penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek
1. PASTY
Pasar
Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) juga dikenal sebagai Pasar Burung
yang berada di daerah Dongkelan, Jalan Bantul KM.1 Yogyakarta merupakan
pindahan dari pasar Ngasem. Berkaitan dengan relokasi lahan pasar untuk
penataan kota, maka pasar hewan ngasem yang sudah cukup terkenal berada di
daerah Ngasem dekat Tamansari, Yogyakarta harus dipindahkan ke Dongkelan. PASTY
yang menjadi wajah baru bagi Pasar Ngasem mungkin masih agak terasa asing bagi
para pelaku bisnis perburungan atau tanaman di Jogja. Pasalnya Pasar Ngasem
yang selama ini identik dengan burung (unggas) dan aneka satwa ini telah
mengakar dalam ingatan masyarakat Jogja. Ingatan akan Pasar Ngasem yang ramai,
berjejal, sumpek, kumuh, kotor, bau, dan pentaannya agak semrawut itu tiba-tiba
dicabut dari memori masyarakat Jogja. Ada keterkejutan. Boleh jadi ada
kekecewaan, kegusaran, kekhawatiran, dan sebagainya. Maklum, apa pun yang sudah
mapan atau dianggap sebagai mapan kemudian dicabut atau dirubah, bagaimana pun
akan mengguncangkan hati dan pikiran orang. Akan tetapi ketika perubahan itu
menuju kepada hal yang baik, tertata bagus, rapi, dan indah, perubahan itu mau
tidak mau juga menumbuhkan harapan baru. Demikian pula halnya yang terjadi
dengan Pasar Ngasem yang menjadi PASTY. Bahkan istilah atau akronim PASTY itu
sendiri secara tersirat maupun tersurat seolah mengindikasikan pada sesuatu
yang pasti. Kemiripan bunyi ketika membaca PASTY dan pasti, seperti mengarahkan
orang untuk berpikir dan berpengharapan kepada sesuatu yang sungguh pasti,
pasti rejekinya, pasti nasib dan keberuntungannya.
Tepat
tanggal 22 April 2010 para pedagang Pasar Ngasem resmi pindah ke komplek PASTY
yang berada di Jl. Bantul, Dongkelan. Perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY
ini perpindahannya tidak dilakukan
dengan penggusuran paksa seperti yang selama ini terjadi di berbagai tempat.
Perpindahannya justru difasilitasi oleh Pemkot Jogja. Tidak ada ribut-ribut,
apalagi bentrokan fisik. Jajaran Pemkot, DPRD Kota, dan pedagang justru
melakukan kirab budaya untuk menandai perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY.
Perpindahan dengan melakukan kirab budaya ini setidaknya melibatkan 40-an
andong, beberapa gerobak, kuda tunggang, dan beberapa rombongan kesenian,
dengan menempuh rute dari Pasar Ngasem-Plengkung Tamansari-Jl. Wachid Hasyim
(Pojok Beteng Kulon)-Jl. Bantul-Pasty Dongkelan yang jaraknya sekitar 3
kilometer. Alhasil perpindahan pedagang Pasar Ngasem ke PASTY justru merupakan
peristiwa yang menggembirakan, rukun, dan penuh harapan. Bukan hanya itu. Pemkot
pun memberikan kemudahan bagi para pedagang, yakni selama 6 bulan pertama
mereka berjualan di PASTY mereka dibebaskan dari retribusi. Setidaknya ada
280-an pedagang Pasar Ngasem yang akhirnya berpindah ke PASTY. Keraton
Yogyakarta memindahkan pasar Ngasem ke jalan Bantul di daerah PASTY, walau
awalnya mengalami pro-kontra dengan para penjualnya namun hal tersebut akhirnya
berlalu karena ada kesepakatan dari pihak penjual dan Keraton Yogyakarta
bahwasannya dalam relokasi tidak ada pembayaran dari para penjual. Hal ini pun
mendapat persetujuan dari pihak Keraton dan pasar hewan Ngasem pun pindah ke
PASTY jalan Bantul. Pihak PASTY yang dikepalai oleh seorang ketua paguyuban
PASTY memberlakukan sistem pembayaran untuk penjual yang hendak bergabung di
PASTY ini. Dan hal ini murni datang dari ketua paguyuban sendiri karena dari
pihak pemilik yaitu pemerintah DIY serta Keraton Yogyakarta tidak pernah
mengharuskan penjual untuk membayar sewa atas lahan yang digunakannya.
PASTY
sendiri dibangun dengan konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang
masuk ke PASTY bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan,
kelegaan, dan kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan
semrawut. Untuk itu selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat
parkir, tempat bermain anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah
komposter untuk mengolah limbah dari pasar ini menjadi kompos. Selain itu
Pemkot juga mengawasi agar jangan sampai ada pedagang satwa. Bagi hobis satwa
dan tanaman yang ada di Jogja kini bisa memuaskan diri dengan mengunjungi
PASTY. Komplek PASTY yang saat ini ditempati oleh para pedagang merupakan suatu
tempat yang didesain sebagai tempat wisata keluarga. Dikomplek ini selain
dibangun kios untuk para pedagang hewan atau burung juga telah dibangun sebuah
taman untuk bermain anak-anak serta tempat untuk lomba burung berkicau. PASTY
mempunyai berbagai fasilitas yaitu toilet umum, food court, tempat ibadah, area
bermain dan area parker yang luas. Kalau dulu di Pasar Ngasem yang datang hanya
para penggemar hewan piaraan, maka di Komplek Pasty diharapkan yang datang
tidak hanya para hobis, namun juga para keluarga ataupun anak-anak sekolah baik
yang berasal dari Yogya ataupun dari luar Yogya. Dari segi kondisi lingkungan ,
lokasi PASTY jauh lebih nyaman
dibandingkan Pasar Ngasem. Selain areanya yang lebih luas, pasar ini juga
dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, arena bermain anak, arena lomba hingga
taman yang hijau. Kondisi semacam itu membuat 287 pedagang burung dan satwa pindahan
dari Pasar Ngasem punya harapan besar bahwa pengunjung pasar akan ramai.
Berdirinya Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) tidak hanya bisa
dimanfaatkan untuk membangkitkan ekonomi Kota Yogyakarta bagian selatan, tetapi
juga masyarakat Kabupaten Bantul. keberadaan PASTY memiliki potensi untuk
menjadi pusat ekonomi baru di Kota Yogyakarta bagian selatan, karena uang akan
banyak beredar di pasar tersebut. Apalagi setelah seluruh pedagang burung dan
satwa dari Pasar Ngasem pindah ke lokasi baru yang dibanguan di atas lahan
seluas sekitar 15.000 meter persegi. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas)
Kota Yogyakarta Ahmad Fadli menyatakan, pemerintah berkomitmen untuk terus
mempromosikan kepada masyarakat untuk mengenalkan PASTY. Beberapa acara akan
digelar di PASTY, di antaranya adalah kontes Ikan Mas Koki, penampilan beberapa
grup band serta lomba mewarnai untuk anak-anak. Untuk Pasar Ngasem sendiri
nantinya akan dipergunakan untuk pusat souvenir khas jogja, serta kuliner dan
pasar tradisional yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu pintu gerbang
menuju ke lokasi wisata Tamansari.
Di
PASTY terdapat berbagai macam satwa yang dijual seperti macam-macam unggas,
macam-macam reptil, kelinci, kucing, anjing, ikan hias dan lain-lain. Selain berbagai
macam jenis satwa juga terdapat berbagai jenis tanaman hias yang dijual disana,
untuk lokasi penjualan tanaman hias dan penjualan satwa dipisahkan oleh jalan
raya. Trend satwa dan tanaman hias pun selalu mengalami perubahan dan saat ini
yang sedang diminati oleh para pembeli adalah kucing dan reptile.
2. Faktor Penarik PASTY sebagai objek wisata
Yang menarik para pengunjung berkunjung ke PASTY
Yogyakarta adalah karena PASTY itu sendiri memmiliki keistimewaan, dan
keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kicauan
burung- burung yang
merdu.
Terdapat
banyak ragam satwa di PASTY termasuk burung. Burung-burung tersebut juga
tersaji dengan berbagai macam jenis, warna, dan kicauan burung yang menjadikan
burung-burung tersebut tampak indah dan menarik perhatian wisatawan. Berbagai
macam kicauan burung yang berbeda seolah memanjakan telinga para pengunjung
dimana biasanya kota jogja begitu bising dengan suara kendaraan bermotor kini
kita dapat mendengarkan kicauan-kicauan burung yang merdu sehingga membuat kita
seakan berada pada daerah pedesaan yang masih asri dan segar.
b. Tempatnya yang strategis
Keberadaan Pasar
Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) di daerah Dongkelan, Jalan Bantul
KM.1 Yogyakarta ini merupakan tempat yang sangat strategis dan mudah untuk
dijangkau. Hal ini dikarenakan jalan tempat PASTY berada mudah untuk ditemukan
dan juga mudah untuk diakses kendaraan, yaitu anda bias naik bus kota jalur 10
atau kobutri berwarna kuning. Selain itu anda juga bias menggunakan andong,
becak atau taxi.
c. Adanya pertunjukan-pertunjukan yang di gelar
oleh para pedagang.
Pada
hari tertentu para pedagang seringkali mengadakan pertunjukan-pertunjukan
berbagai satwa yang ada di PATY. Misalnya pertunjukan keahlian burung
dara untuk kembali dengan tepat ke kandang, adu kemerduan suara burung, dan
pertunjukan beo yang bisa berceloteh. Pertunjukan tersebut sangat menarik
pengunjung untuk dating ke PASTY, hal ini dikarenakan keunikan dan kelucuan
dari hewan-hewan tersebut yang ssringkali mengundang tawa dan rasa senang dari
para pengunjung.
d. PASTY bisa jadi salah satu tempat yang cocok untuk dijadikan
lokasi hunting foto.
PASTY merupakan pasar yang menjual berbagai macam satwa dan
tanaman hias. Keberadaan satwa dan tanaman hias ini berda di tempat yang
berbeda namun hanya terpisahkan oleh jalan saja. Selain daerah panjualan satwa
yang menarik untuk dikunjungi terdapat pula daerah penjualan tanaman hias,
dimana terdapat banyak tanaman hias yang indah dan bias membuat mata senang
untuk memandangnya. Bagi orang yang suka berfoto keberadaan tanaman-tanaman
hias yang indah tersebut bias kita jadikan sebagai lokasi untuk mengambil foto.
B. Proses Interaksi di Lingkungan PASTY
Pariwisata
secara sosiologis terdiri atas tiga interaksi yaitu interaksi bisnis, interaksi
politik dan interaksi kultural (B. Sunaryo, 2000). Interaksi bisnis
adalah interaksi di mana kegiatan ekonomi yang menjadi basis materialnya dan
ukuran-ukuran yang digunakannya adalah ukuran-ukuran yang bersifat
ekonomi. Interaksi politik adalah interaksi di mana hubungan budaya dapat
membuat ketergantungan dari satu budaya terhadap budaya lain atau dengan kata
lain dapat menimbulkan ketergantungan suatu bangsa terhadap bangsa lain yang
dipicu oleh kegiatan persentuhan aktivitas pariwisata dengan aktivitas
eksistensial sebuah negara. Sedangkan interaksi kultural adalah suatu
bentuk hubungan di mana basis sosial budaya yang menjadi modalnya. Dalam
dimensi interaksi kultural dimungkinkan adanya pertemuan antara dua atau lebih
warga dari pendukung unsur kebudayaan yang berbeda. Pertemuan ini
mengakibatkan saling sentuh, saling pengaruh dan saling memperkuat sehingga bisa
terbentuk suatu kebudayaan baru, tanpa mengabaikan keberadaan interaksi bisnis
dan interaksi politik.
Berangkat
dari pemahaman bahwa model yang digunakan untuk pengembangan kawasan wisata
adalah model terbuka maka berarti tidak tertutup kemungkinan akan terjadi
kontak antara aktivitas kepariwisataan dengan aktivitas masyarakat sekitar
kawasan wisata. Kontak-kontak ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatan
apapun apalagi ditunjang dengan adanya sarana pendukung yang memungkinkan
mobilitas masyarakat. Kontak yang paling mungkin terjadi adalah kontak
antara masyarakat sekitar dengan pengunjung atau wisatawan. Masyarakat
sekitar berperan sebagai penyedia jasa kebutuhan wisatawan.
Proses
interaksi yang terjadi di lingkungan PASTY bisa dibilang harmonis, misalnya interaksi
antar pedagang. Interaksi antar pedagang berjalan baik, hal ini dapat dilihat
dari kerja sama yang baik di antara mereka, contohnya pada pedagang burung dan
pedagang reptil. Pedagang reptile bias memberi makan reptile-reptilnya dengan
burung-burung yang sudah mati yang didapat dari penjual burung dan penjual
burung tidak susah-susah lagi untuk memikirkan dimana mereka akan membuang
bangkai burungnya tersebut. Interaksi pedangan dengan wisatawan juga berjalan
baik. Para pedangan dengan ramah dan sabar dalam menawarkan dagangan sehingga
membuat para wisatawan betah berada di PASTY. Interaksi yang terjadi lainnya
yaitu antar pedagang dan masyarakat sekitar, yaitu dengan adanya PASTY banyak
masyarakat yang berubah bermata pencaharian sebagai penjual hewan atau tanaman
hias,serta menjadi tukang parker di lingkungan tersebut. Pedagang tersebut
berkewajiban mengisi sedikit uang khas warga daerah tersebut dan hal itu lancer
dilakukan oleh para pedagang sehingga sampai sekarangpun belum terjadi adanya
konflik.
C. Dampak Sosial-Budaya dan Sosial-Ekonomi PASTY
A.
Bentuk Perubahan Sosio Kultural yang
terjadi di PASTY
1. Perubahan
terjadi secara cepat
Menurut
pengamatan kami dan dari hasil wawancara, adanya relokasi Pasar Ngasem ke PASTY
yang terjadi secara cepat mengakibatkan perubahan yang cepat, salah satu
contohnya adalah perubahan matapencaharian warga di sekitar PASTY, banyak warga
yang beralih profesi, misalnya sebagai pedagang hewan atau tanaman hias,
sebagai tukang parkir, sebagai pedagang makanan, sebagai jasa angkut, dan masih
banyak lagi.
Dengan bertambahnya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar Bantul
maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Pemasukan kas paling
banyak dirasakan oleh masyarakat sekitar pada hari Sabtu dan Minggu serta pada
saat ada perlombaan hewan karena pada hari-hari tersebut pengunjung yang datang
ke PASTY lebih banyak dibanding hari-hari biasa.
2. Perubahannya
kecil
Pengunjung
PASTY tidak hanya masyarakat lokal saja tapi dari luar kota bahkan warga
mancanegara yang ingin membeli hewan atau tumbuhan khas Indonesia atau hanya
ingin berpariwisata saja. Karena heterogennya pengunjung maka terjadi interaksi
yang komplek juga, ada transfer budaya di dalamnya. Salah satu contohnya adalah
perubahan mode pakaian yang dikenakan pedagang di PASTY, yang tercipta dari
imitasi mode pakaian pengunjung seperti pengunjung lokal atau bahkan warga
mancanegara. Kemudian yang sangat terlihat adalah perubahan yang terjadi pada
pedagang wanita yaitu perubahan mode berjilbab.
Kemudian
dengan banyaknya
pengunjung dari mancanegara menuntut para penjual untuk mampu berbahasa Inggris
karena jika tidak, akan sulit bagi mereka untuk menawarkan dagangannya ke para
turis tersebut. Para pedagang dan masyarakat sekitar menjadi memiliki lingkup
pergaulan yang lebih luas dengan banyaknya turis yang datang.
3. Perubahan
ini dikehendaki
Relokasi
Pasar Ngasem ke Jl. Bantul KM 1, Dongkelan yang
diubah namanya menjadi PASTY, merupakan salah satu perubahan sosiokultural yang
dikehendaki. Informasi yang kami peroleh dari narasumber, menyebutkan bahwa
relokasi ini adalah ide dari pemerintah kota Yogyakarta yang menginginkan pasar
hewan yang lebih baik dari pasar Ngasem. Terbukti bahwa pembangunan PASTY
memiliki konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang masuk ke PASTY
bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan, kelegaan, dan
kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan semrawut. Untuk itu
selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat parkir, tempat bermain
anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah komposter untuk mengolah
limbah dari pasar ini menjadi kompos, dan juga menyediakan tempat parkir yang
luas.
Perpindahan Pasar Ngasem ke Pasty tidak dilakukan dengan
penggusuran paksa seperti yang selama ini terjadi di berbagai tempat.
Perpindahannya justru difasilitasi oleh Pemkot Jogja. Tidak ada ribut-ribut,
apalagi bentrokan fisik. Jajaran Pemkot, DPRD Kota, dan pedagang justru
melakukan kirab budaya untuk menandai perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY. Hal
ini terjadi karena masyarakat menganggap bahwa perubahan ini akan berdampak
positif bagi pedagang dan masyarakat di sekitar PASTY.
B. Faktor
Penyebab Perubahan Sosio Kultural yang terjadi di PASTY
Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY)
merupakan suatu masyarakat. Karena di dalmnya terdapat beberapa individu yang
saling berinteraksi sehingga menghasilkan suatu kebudayaan. Masyarakat selalu
mengalami suatu dinamika perubahan. Tdak mungkin apabila masyarakat tidak
megalami suatu perubahan sosial. Terdapat beberapa faktor yag menyebabkan
perubahan sosio kultural, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor
Intern
Faktor
intern merupakan suatu faktor yang menyebabkan suatu perubahan yang berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor intern perubahan sosio kultural PASTY
sebagai berikut:
a. Perkembangan
Teknologi
Teknologi
diciptakan untuk mempermudah segala aktivitas manusia. Semakin berkembangnya
teknologi, semakin mudah manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Perkembangan
teknologi terjadi pada PASTY sehingga menyebabkan suatu perubahan sosial.
PASTY
dibangun dengan konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang masuk ke
PASTY bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan, kelegaan,
dan kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan semrawut. Untuk
itu selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat parkir, tempat
bermain anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah komposter untuk
mengolah limbah dari pasar ini menjadi kompos. Selain itu Pemkot juga mengawasi
agar jangan sampai ada pedagang satwa. Bagi hobis satwa dan tanaman yang ada di
Yogyakarta kini bisa memuaskan diri dengan mengunjungi PASTY. Komplek PASTY
yang saat ini ditempati oleh para pedagang merupakan suatu tempat yang didesain
sebagai tempat wisata keluarga. Dikomplek ini selain dibangun kios untuk para
pedagang hewan atau burung juga telah dibangun sebuah taman untuk bermain
anak-anak serta tempat untuk lomba burung berkicau. PASTY mempunyai berbagai
fasilitas yaitu toilet umum, food court, tempat ibadah, area bermain dan area
parkir yang luas. Kalau dulu di Pasar Ngasem yang datang hanya para penggemar
hewan piaraan, maka di Komplek Pasty diharapkan yang datang tidak hanya para
hobis, namun juga para keluarga ataupun anak-anak sekolah baik yang berasal
dari Yogyakarta ataupun dari luar Yogyakarta. Dari segi kondisi lingkungan ,
lokasi PASTY jauh lebih nyaman
dibandingkan Pasar Ngasem. Selain areanya yang lebih luas, pasar ini juga
dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, arena bermain anak, arena lomba hingga
taman yang hijau.
Dengan
adanya perkembangan teknologi, fungsi dari PASTY mengalami perubahan. PASTY
mulanya digunakan sebagai tempat perdagangan hewan dan tanaman hias kini
bertambah fungsi sebagai tempat wisata keluarga. Pedagang berharap, dengan
adanya penataan yang bagus dapat menambah jumlah pengunjung.
b. Bertambah
dan Berkurangnya Pedagang
Setidaknya
ada 280-an pedagang Pasar Ngasem yang akhirnya berpindah ke PASTY. Keraton
Yogyakarta memindahkan pasar Ngasem ke jalan Bantul di daerah PASTY. Pihak
PASTY yang dikepalai oleh seorang ketua paguyuban PASTY memberlakukan sistem
pembayaran untuk penjual yang hendak bergabung di PASTY ini. Dan hal ini murni
datang dari ketua paguyuban sendiri karena dari pihak pemilik yaitu pemerintah
DIY serta Keraton Yogyakarta tidak pernah mengharuskan penjual untuk membayar
sewa atas lahan yang digunakannya.
Lokasi
PASTY sangat strategis untuk digunakan sebagai lokasi perdagangan karena
terletak di jalan utama yang cukup ramai. Tentu saja ini akan menarik minat
para penjual untuk berdagang di sana. Persaingan antar pedagang di PASTY sangat
ketat , karena semenjak relokasi jumlah penjual pun meningkat otomatis
persaingan pun semakin ketat. Berbeda dengan di Ngasem dulu yang relatif lebih
longgar persaingannya. Walaupun persaingan ketat tetapi dirasa keadaan ekonomi
para pedagang mengalami mobilitas vertikal naik setelah pindah ke daerah
Dongkelan. Persaingan antarpedagang terjadi secara baik dan tidak pernah
menimbulkan suatu konflik antarpedagang. Kebanyakan pedagang adalah pindahan
dari Pasar Ngasem dan beberapa dari warga sekitar Bantul.
c. Inovasi
Baru
Keraton
Yogyakarta megusulkan untuk memindahkan pasar Ngasem ke Pasar Satwa dan Tanaman
Hias Yogyakarta (PASTY). Ini merupakan suatu inovasi pemerintah untuk
memperbaiki keadaan pasar Ngasem yang sangat berantakan. Awalnya Pasar Ngasem
merupakan sutu pasar hewan yang bergabung dengan tanaman hias. Sehingga tampak
pemandangan yang tidak teratur dan semrawut. Oleh karena itu, pemerintah
memunculkan suatu gagasan untuk memindahkan pasar tersebut.
Setelah
pindah ke PASTY, keadaan pasar hewan dan tanaman hias terlihat rapi dan bersih.
Ada pemisahan antara pasar hewan dan tanaman hias. Sehingga pengunjung lebih
mudah dalam melakukan transaksi jual beli. Selain itu, seluruh orang yang ada
di PASTY baik itu pembeli dan pedagang merasa nyaman dan betah.
2. Faktor
Ekstern
Faktor
ekstern merupakan faktor perubahan yang berasal dari luar masyarakat. Berikut
beberapa faktor ektern perubahan sosio kultural yang terjadi pada PASTY:
a. Kontak
dengan Masyarakat Luar
Pengunjung
di PASTY tidak hanya berasal dari kawasan Yogyakarta sendiri tetapi juga
berasal dari mancanegara. Dengan banyaknya pengunjung dari mancanegara menuntut
para penjual untuk mampu berbahasa Inggris karena jika tidak, akan sulit bagi
mereka untuk menawarkan dagangannya ke para turis tersebut. Para pedagang dan
masyarakat sekitar menjadi memiliki lingkup pergaulan yang lebih luas dengan
banyaknya turis yang datang.
b. Kondisi
Lingkungan Alam
Pasar
Ngasem merupakan lokasi penjualan hewan dan tanaman hias di dekat Taman Sari.
Awalnya lokasi ini sangat berantakan, kotor, dan menimbulkan bau yang tidak
sedap. Sehingga pengunjungnya kurang begitu antusias untuk mengunjungi pasar
Ngasem. Pengunjung yang datang di Pasar Ngasem adalah para pecinta hewan, entah
itu pecinta burung, reptil, maupun ikan. Selain itu, keberadaan Pasar Ngasem
dapat menyebabkan kemacetan.
Karena
lingkungan yang demikian, maka Pasar Ngasem dipindah ke PASTY. Keadaan
lingkungan di sana lebih baik daripada di Pasar Ngasem. Lokasinya sangat luas
dan terdapat area parkir sendiri. Sehingga lokasinya tertata rapi dan tidak
mengganggu pengguna jalan raya.
C. Dampak
Perubahan Sosio Kultural yang terjadi di PASTY
1. Dampak
Positif
a. Peningkatan
Ekonomi
Dengan
adanya perubahan-perubahan dari pasar satwa Ngasem sendiri menjadi PASTY
membawa dampak positif berupa peningkatan ekonomi masyarakat. Tempat yang
menjadi luas memungkinkan peningkatan pedagang satwa atau tumbuhan, selain itu
terdapat profesi-profesi lain seperti petugas-petugas pengatur ketertiban
PASTY, juru parkir, dan tour guide karena
PASTY juga merupakan salah satu tempat tujuan wisatawan mancanegara. Dari itu
dapat kita lihat bahwa PASTY sendiri memberi lapangan-lapangan pekerjaan bagi
masyarakat.
b. Peningkatan
Integrasi Masyarakat
Banyaknya
masyarakat dari berbagai daerah yang terlibat di dalam PASTY akan memungkinkan
adanya peningkatan interaksi antar masyarakat. Hal itu dapat membuat masyarakat
yang terlibat disitu akan semakin terintegrasi karena sering bertemu dan
menjalin hubungan atau kepentingan yang salng menguntungkan. Keberadaan PASTY
yang merupakan perpindahan pasar Ngasem menurut berbagai sumber di internet
mendapat respon positif oleh pedagang maupun masyarakat. Dengan kenyamanan itu
mereka akan semakin hidup rukun dan integrasi terjadi disitu.
c. Lingkungan
yang lebih bersih, indah, dan nyaman
Dasar
pemindahan pasar yang terjadi awalnya adalah sempitnya tempat transaksi
jualbeli sehingga mengganggu lalulintas jalan di daerah Ngasem yang kebetulan
juga terdapat salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta yaitu
Tamansari. Relokasi yang dilakukan pemerintah pada sepetak lahan pertanian
milik sultan yang agak tidak terurus itu berhasil disulap menjadi tempat yang
sangat menarik dan juga dapat dikatakan
tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi oleh wisatawan di Yogyakarta.
Penataan pasar didesain cukup menarik dan sebagai ukuran sebuah pasar satwa
tempat itu cukup bersih. Oleh karena itu kenyamanan akan dirasakan saat mengunjungi
pasar itu, kunjungan ke pasar seolah-olah seperti kunjungan ke kebun binatang.
Dan begitu juga pada pasar tumbuhan hias yang sangat memanjakan pembeli atau
pengunjung yang datang dengan kesejukan dan keindahan tanaman hias. Tak salah
jia tempat ini juga merupakan salah satu tempat ang direkomendasi untuk
dikunjungi wisatawan di Yogyakarta.
2.
Dampak Negatif
a.
Kesenjangan ekonomi
Walaupun
pada umumnya dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan ekonomi masyarakat karena
semakin luasnya lapangan pekerjaan setelah adanya PASTY, akan tetapi beberapa
orang pedagang yang berhasil kelompok kami wawancarai malah merasa merugi atas
perpindahan itu. Hal itu dapat terjadi dikarenakan, pertama, adanya persaingan
yang kurang sehat antar pedagang. Pedagang yang memiliki suatu kelebihan
mengenai usahanya dapat saja memonopoli perdagangan dan tidak memperhatikan
teman sesama pedagang mereka. Selanjutnya, dijadikanya PASTY menjadi salah satu
tempat objek wisata dapat memungkinkan adanya oarang-orang yang berkunjung
disana tidak berniat untuk untuk membeli dan hanya melihat-lihat beraneka satwa
dan tumbuhan yang memang menarik dan indah. Lalu, tempat itu hanya akan ramai
pada hari-hari libur seperti hari sabtu dan minggu. Penghasilan mereka para
pedagang jadi tidak dapat diperkirakan dan bahkan menurun. Dan terakhir, letak
PASTY yang relatif jauh dari pada Ngasem secara tidak langsung akan sedikit
menyulitkan mereka yang akan ke PASTY. Jadi kesenjangan dapat terjadi antara
pedagang karena adanya persaingan kurang sehat, pedagang dengan pekerja lain
seperti petugas PASTY atau juru parkir karena pendapatan pedagang yang tak
menentu jika dibandingkan profesi lain tersebut.
b. Peningkatan
potensi konflik
Interaksi
sosial tak akan hanya menghasilkan suatu integrasi akan tetapi juga dapat
berpotensi konflik. Hal ini mungkin akan terjadi karena persaingan tidak sehat
yang tersebut diatas atau bisa saja terjadi karena gesekan norma yang berbeda
antar masyarakat yang berasal dari berbagai daerah. Ketidakpuasan akan
pemindahan pasar yang dapat berbentuk pendapatan yang menurun oleh beberapa
pedagang atau keadaan yang mungkin membuat mereka mengalami cultural lag akan menyebabkan
konflik antara masyarakat pedagang
dengan pemerintah yang memiliki kebijakan.
3. Adanya
polusi
Sebuah
keadaan pasar walau sudah dapat dibilang bersih, indah, dan nyaman dari
perpindahan sebelumnya akan tetap
menghasilkan suatu limbah. Limbah-limbah itu dapat berupa kotoran satwa,
tumbuh-tumbuan mati atau sampah-sampah lain yang sedikit banyak akan membuat
keresahan masyarakat sekitar.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
PASTY merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Yogyakarta
yang menarik cukup banyak minat
pengunjung. PASTY tergolong daerah tujuan wisata karena telah memenuhi beberapa
persyaratan itu yaitu adanya sarana dan prasarana, keamanan, kebersihan
lingkungan, sarana komunikasi, fasilitas rumah makan. Di daerah tujuan wisata
tersebut terdapat banyak fenomena sosial seperti interaksi sosial, perubahan
sosial-budaya dan sosial-ekonomi serta dampak-dampak yang ditimbulkannya.
Misalnya, dengan adanya PASTY maka akan merubah sedikit kebudayaan masyarakat
sekitar dan ekonomi msyarakat sekitar, dll.
B. Saran
Kami selaku
penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kami
selaku penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi memperbaiki makalah
ini untuk ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata.
Jakarta: Grasindo.
Pitana, I. G., &
Gayatri, P. G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2010). Teori
Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori
Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.
Smelser, N. (1976). The Sociology of Economic Life.
Jakarta: Rajawali.
Soekanto,
S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Yoeti,
O. A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan implementasi.
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar