Senin, 16 Desember 2013

Sosiologi Pariwisata : PASTY Yogyakarta



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia yang memiliki banyak keindahan alam, keunikan budaya, tempat bersejarah masa lalu, keindahan flora dan fauna, dsb. Berbagai tempat yang ada di wilayah Indonesia bernilai positif bagi pariwisata Indonesia. Beberapa daerah yang ada di wilayahnya pun berpotensi tinggi dibidang pariwisata. Bali, pulau yang berada di posisi pertama jika dilihat obyek wisata yang paling sering dikunjungi baik dari wisatawan asing maupun dari lokal. Posisi kedua ditempati oleh Yogyakarta, kisah sejarah yang terlukis di Kota Yogyakarta memberikan manfaat bagi macam budaya dan tempat bersejarah yang menjadi daerah tujuan wisata. Selain dikenal sebagai kota pelajar, kota pendidikan, Yogyakarta sangat dikenal sebagai kota pariwisata. Hal ini juga didukung letak geografis kota Yogyakarta. Bahkan untuk menjangkau tempat pariwisata sangat mudah aksesnya. Pariwisata seperti ini akan menimbulkan suatu perubahan sosial yang kaitannya dengan pembangunan objek pariwisata.

Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pembangunan yang dilakukan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Perubahan tersebut tidak hanya berupa perubahan fisik saja namun banyak juga yang bersifat non fisik. Setiap masyarakat  selama hidupnya pasti mengalami perubahan, baik perubahan sosial maupun perubahan budaya. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat berupa perubahan cepat maupun lambat dan dalam skala kecil maupun besar. Perubahan tersebut  beradaptasi menyesuaikan perubahan dengan lingkungan. Perubahan juga terjadi pada objek wisata Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta yang dulunya adalah Pasar Ngasem. Perubahan yang terjadi pada Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta meliputi berbagai bidang, dalam laporan observasi ini kita akan lebih mengatahui perubahan apa saja yang terjadi pada Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta.



B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana deskripsi obyek pariwisata PASTY?
2.    Bagaimana proses interaksi yang terjadi di lingkungan PASTY?
3.    Bagaimana dampak sosial-budaya, sosial-ekonomi PASTY?

C.     Tujuan
1.    Mendeskripsikan obyek pariwisata PASTY
2.    Menguraikan proses interaksi yang terjadi di lingkungan PASTY
3.    Menguraikan dampak sosial-budaya, sosial-ekonomi PASTY



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Teori Interaksionisme Simbolik
Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Dalam hal ini ada gunanya menggunakan gagasan Mead tentang petrbedaan perilaku tertutup dengan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah proses berfikir, yang melibatkan simbol dan makna. Perilaku terbuka adalah perilaku aktual yang dilakukan oleh aktor. Beberapa perilaku terbuka tidak melibatkan perilaku tertutup (misalnya perilaku habitual atau respon tanpa berfikir terhadap stimulus eksternal). Namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku tersebut. Perilaku tertutup menjadi pokok perhatian terpenting inteaksionis simbolis, sementara itu perilaku terbuka menjadi pokok perhatian terpenting para teoretisi pertukaran atau behavioris tradisional pada umumnya.
Makna dan simbol memberi karakteristik khusus pada tindakan sosial (yang melibatkan aktor tunggal) dan interaksi sosial (yang melibatkan dua aktor atau lebih yang melakukan tindakan sosial secara timbal balik). Dengan kata lain, ketika melakukan suatu tindakan, orang juga mencoba memperkirakan dampaknya pada aktor lain yang terlibat. Meski sering kali terlibat dalam perilaku habitual tanpa berfikir, orang memiliki kapasitas untuk terlibat dalam tindakan sosial.
Dalam proses interaksi sosial, secara simbolis orang mengomunikasikan makna kepada orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol-simbol tersebut dan mengarahkan respon tindakan berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial aktor terlibat dalam proses pengaruh mempengaruhi. Christopher (2001) menamakan interaksi sosial dinamis ini dengan “tarian” yang melibatkan pasangan.
Interaksionis simbolik tidak hanya tertarik pada sosialisasi namun pada interaksi secara umum, yang juga “punya arti penting tersendiri” (Blumer, 1969B:8). Interaksi adalah proses ketika kemampuan berfikir dikembangkan dan diekspresikan. Semua jenis interaksi, bukan hanya interaksi selama sosialisasi, memoles kemampuan berfikir kita. Diluar itu, berfikir membangaun proses interaksi. Pada sebagian besar inteaksi, aktor harus mempertimbangkan orang lain untuk memutuskan ya atau tidak dan bagaimana menyesuaikan aktifitas mereka dengan aktifitas orang lain. Namun tidak semua interaksi melibatkan proses berfikir. Pembedaan yang dilakukan Blumer (Mengikuti Mead) antara dua bentuk dasar Interaksi sosial relevan dalam pokok bahasan ini. Yang pertama yaitu interaksi non simbolis/gagasan Mead tentang percakapan gestur atau tidak melibatkan proses berfikir. Yang kedua interaksi simbolis memerlukan proses mental. (George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2010: 373)

B.     Teori Struktural Fungsional
Teori fungsional dan struktural adalah salah satu teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori umum atau general theories (Littlejohn, 1999), ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat. Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan ‘struktural fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau ‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.
Dalam teori menjelaskan bahwa masyarakat sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) ang independent. Masing-masing bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yang berperan menjaga eksistensi dan berfungsinya sistem secara keseluruhan. Setiap elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan dengan fungsi-fungsi dan perannya terhadap sistem, serta dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh perilaku suatu subsistem. Jadi, yang dilihat adalah fungsi real, bukan fungsi yang seharusnya. Apabila suatu sistem dapat mempertahankan batas-batasnya, maka sistem tersebut akan stabil. Berfungsinya masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem ada dalam keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat yang stabil, normal, karena semua faktor yang saling bertentangan telah melakukan keseimbangan. ( I Gde Pitana dan Putu G. Gyatri , 2005 :19)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian kami gunakan sebagai objek kajian adalah PASTY (Pasar Hewan dan Tanaman Hias Yogyakarta).
B.     Waktu Penelitian
Penelitian kami lakukan pada :
Hari Rabu, 9 Oktober 2013 di PASTY
C.     Bentuk Penelitian
Berdasarkan sifat dan spesifikasi yang diangkat dalam penelitian ini, maka bentuk penelitian yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.
Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan, atau karekteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. 
Adapun teknik pengumpulan data dalam metode penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut :
1.    Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi atau data dengan cara bertanya langsung kepada responden atau narasumber. Wawancara ini dilakukan dengan cara komunikasi tatap muka, namun berbeda dengan kegiatan percakapan yang kita lakukan sehari-hari. Dalam kegiatan ini, wawancara dan narasumber belum saling mengenal sebelumnya.
2.    Observasi
Observasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka pengumpulan data sesuai dengan masalah penelitian, melalui proses pengamatan di lapangan. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti memiliki pedoman observasi yang berisi daftar mengenai sesuatu yang ingin di observasi. Jenis-jenis observasi ini ada dua, yaitu observasi partisitifatif, dan observasi non partisipatif. Dalam observasi partisipatif dibagi menjadi dua yaitu partisipatif penuh dan sebagian.
3.    Studi pustaka
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelusuran dan penelaah literatur. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari sumber data sekunder yang mendukung penelitian dengan menggunakan bahan-bahan dokumentasi, baik berupa buku, majalah maupun arsip-arsip lainnya yang mendukung penelitian.











BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Objek
1.    PASTY
Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) juga dikenal sebagai Pasar Burung yang berada di daerah Dongkelan, Jalan Bantul KM.1 Yogyakarta merupakan pindahan dari pasar Ngasem. Berkaitan dengan relokasi lahan pasar untuk penataan kota, maka pasar hewan ngasem yang sudah cukup terkenal berada di daerah Ngasem dekat Tamansari, Yogyakarta harus dipindahkan ke Dongkelan. PASTY yang menjadi wajah baru bagi Pasar Ngasem mungkin masih agak terasa asing bagi para pelaku bisnis perburungan atau tanaman di Jogja. Pasalnya Pasar Ngasem yang selama ini identik dengan burung (unggas) dan aneka satwa ini telah mengakar dalam ingatan masyarakat Jogja. Ingatan akan Pasar Ngasem yang ramai, berjejal, sumpek, kumuh, kotor, bau, dan pentaannya agak semrawut itu tiba-tiba dicabut dari memori masyarakat Jogja. Ada keterkejutan. Boleh jadi ada kekecewaan, kegusaran, kekhawatiran, dan sebagainya. Maklum, apa pun yang sudah mapan atau dianggap sebagai mapan kemudian dicabut atau dirubah, bagaimana pun akan mengguncangkan hati dan pikiran orang. Akan tetapi ketika perubahan itu menuju kepada hal yang baik, tertata bagus, rapi, dan indah, perubahan itu mau tidak mau juga menumbuhkan harapan baru. Demikian pula halnya yang terjadi dengan Pasar Ngasem yang menjadi PASTY. Bahkan istilah atau akronim PASTY itu sendiri secara tersirat maupun tersurat seolah mengindikasikan pada sesuatu yang pasti. Kemiripan bunyi ketika membaca PASTY dan pasti, seperti mengarahkan orang untuk berpikir dan berpengharapan kepada sesuatu yang sungguh pasti, pasti rejekinya, pasti nasib dan keberuntungannya.
Tepat tanggal 22 April 2010 para pedagang Pasar Ngasem resmi pindah ke komplek PASTY yang berada di Jl. Bantul, Dongkelan. Perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY ini  perpindahannya tidak dilakukan dengan penggusuran paksa seperti yang selama ini terjadi di berbagai tempat. Perpindahannya justru difasilitasi oleh Pemkot Jogja. Tidak ada ribut-ribut, apalagi bentrokan fisik. Jajaran Pemkot, DPRD Kota, dan pedagang justru melakukan kirab budaya untuk menandai perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY. Perpindahan dengan melakukan kirab budaya ini setidaknya melibatkan 40-an andong, beberapa gerobak, kuda tunggang, dan beberapa rombongan kesenian, dengan menempuh rute dari Pasar Ngasem-Plengkung Tamansari-Jl. Wachid Hasyim (Pojok Beteng Kulon)-Jl. Bantul-Pasty Dongkelan yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Alhasil perpindahan pedagang Pasar Ngasem ke PASTY justru merupakan peristiwa yang menggembirakan, rukun, dan penuh harapan. Bukan hanya itu. Pemkot pun memberikan kemudahan bagi para pedagang, yakni selama 6 bulan pertama mereka berjualan di PASTY mereka dibebaskan dari retribusi. Setidaknya ada 280-an pedagang Pasar Ngasem yang akhirnya berpindah ke PASTY. Keraton Yogyakarta memindahkan pasar Ngasem ke jalan Bantul di daerah PASTY, walau awalnya mengalami pro-kontra dengan para penjualnya namun hal tersebut akhirnya berlalu karena ada kesepakatan dari pihak penjual dan Keraton Yogyakarta bahwasannya dalam relokasi tidak ada pembayaran dari para penjual. Hal ini pun mendapat persetujuan dari pihak Keraton dan pasar hewan Ngasem pun pindah ke PASTY jalan Bantul. Pihak PASTY yang dikepalai oleh seorang ketua paguyuban PASTY memberlakukan sistem pembayaran untuk penjual yang hendak bergabung di PASTY ini. Dan hal ini murni datang dari ketua paguyuban sendiri karena dari pihak pemilik yaitu pemerintah DIY serta Keraton Yogyakarta tidak pernah mengharuskan penjual untuk membayar sewa atas lahan yang digunakannya.  
PASTY sendiri dibangun dengan konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang masuk ke PASTY bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan, kelegaan, dan kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan semrawut. Untuk itu selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat parkir, tempat bermain anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah komposter untuk mengolah limbah dari pasar ini menjadi kompos. Selain itu Pemkot juga mengawasi agar jangan sampai ada pedagang satwa. Bagi hobis satwa dan tanaman yang ada di Jogja kini bisa memuaskan diri dengan mengunjungi PASTY. Komplek PASTY yang saat ini ditempati oleh para pedagang merupakan suatu tempat yang didesain sebagai tempat wisata keluarga. Dikomplek ini selain dibangun kios untuk para pedagang hewan atau burung juga telah dibangun sebuah taman untuk bermain anak-anak serta tempat untuk lomba burung berkicau. PASTY mempunyai berbagai fasilitas yaitu toilet umum, food court, tempat ibadah, area bermain dan area parker yang luas. Kalau dulu di Pasar Ngasem yang datang hanya para penggemar hewan piaraan, maka di Komplek Pasty diharapkan yang datang tidak hanya para hobis, namun juga para keluarga ataupun anak-anak sekolah baik yang berasal dari Yogya ataupun dari luar Yogya. Dari segi kondisi lingkungan , lokasi PASTY  jauh lebih nyaman dibandingkan Pasar Ngasem. Selain areanya yang lebih luas, pasar ini juga dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, arena bermain anak, arena lomba hingga taman yang hijau. Kondisi semacam itu membuat 287 pedagang burung dan satwa pindahan dari Pasar Ngasem punya harapan besar bahwa pengunjung pasar akan ramai. Berdirinya Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan ekonomi Kota Yogyakarta bagian selatan, tetapi juga masyarakat Kabupaten Bantul. keberadaan PASTY memiliki potensi untuk menjadi pusat ekonomi baru di Kota Yogyakarta bagian selatan, karena uang akan banyak beredar di pasar tersebut. Apalagi setelah seluruh pedagang burung dan satwa dari Pasar Ngasem pindah ke lokasi baru yang dibanguan di atas lahan seluas sekitar 15.000 meter persegi. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta Ahmad Fadli menyatakan, pemerintah berkomitmen untuk terus mempromosikan kepada masyarakat untuk mengenalkan PASTY. Beberapa acara akan digelar di PASTY, di antaranya adalah kontes Ikan Mas Koki, penampilan beberapa grup band serta lomba mewarnai untuk anak-anak. Untuk Pasar Ngasem sendiri nantinya akan dipergunakan untuk pusat souvenir khas jogja, serta kuliner dan pasar tradisional yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu pintu gerbang menuju ke lokasi wisata Tamansari.
Di PASTY terdapat berbagai macam satwa yang dijual seperti macam-macam unggas, macam-macam reptil, kelinci, kucing, anjing, ikan hias dan lain-lain. Selain berbagai macam jenis satwa juga terdapat berbagai jenis tanaman hias yang dijual disana, untuk lokasi penjualan tanaman hias dan penjualan satwa dipisahkan oleh jalan raya. Trend satwa dan tanaman hias pun selalu mengalami perubahan dan saat ini yang sedang diminati oleh para pembeli adalah kucing dan reptile.

2.    Faktor Penarik PASTY sebagai objek wisata
Yang menarik para pengunjung berkunjung ke PASTY Yogyakarta adalah karena PASTY itu sendiri memmiliki keistimewaan, dan keistimewaan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Kicauan burung- burung yang merdu.
Terdapat banyak ragam satwa di PASTY termasuk burung. Burung-burung tersebut juga tersaji dengan berbagai macam jenis, warna, dan kicauan burung yang menjadikan burung-burung tersebut tampak indah dan menarik perhatian wisatawan. Berbagai macam kicauan burung yang berbeda seolah memanjakan telinga para pengunjung dimana biasanya kota jogja begitu bising dengan suara kendaraan bermotor kini kita dapat mendengarkan kicauan-kicauan burung yang merdu sehingga membuat kita seakan berada pada daerah pedesaan yang masih asri dan segar.
b.      Tempatnya yang strategis
Keberadaan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) di daerah Dongkelan, Jalan Bantul KM.1 Yogyakarta ini merupakan tempat yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau. Hal ini dikarenakan jalan tempat PASTY berada mudah untuk ditemukan dan juga mudah untuk diakses kendaraan, yaitu anda bias naik bus kota jalur 10 atau kobutri berwarna kuning. Selain itu anda juga bias menggunakan andong, becak atau taxi.
c.       Adanya pertunjukan-pertunjukan yang di gelar oleh para pedagang.
Pada hari tertentu para pedagang seringkali mengadakan pertunjukan-pertunjukan berbagai satwa yang ada di PATY. Misalnya  pertunjukan keahlian burung dara untuk kembali dengan tepat ke kandang, adu kemerduan suara burung, dan pertunjukan beo yang bisa berceloteh. Pertunjukan tersebut sangat menarik pengunjung untuk dating ke PASTY, hal ini dikarenakan keunikan dan kelucuan dari hewan-hewan tersebut yang ssringkali mengundang tawa dan rasa senang dari para pengunjung.
d.      PASTY bisa jadi salah satu tempat yang cocok untuk dijadikan lokasi hunting foto.
PASTY merupakan pasar yang menjual berbagai macam satwa dan tanaman hias. Keberadaan satwa dan tanaman hias ini berda di tempat yang berbeda namun hanya terpisahkan oleh jalan saja. Selain daerah panjualan satwa yang menarik untuk dikunjungi terdapat pula daerah penjualan tanaman hias, dimana terdapat banyak tanaman hias yang indah dan bias membuat mata senang untuk memandangnya. Bagi orang yang suka berfoto keberadaan tanaman-tanaman hias yang indah tersebut bias kita jadikan sebagai lokasi untuk mengambil foto.

B.     Proses Interaksi di Lingkungan PASTY
Pariwisata secara sosiologis terdiri atas tiga interaksi yaitu interaksi bisnis, interaksi politik dan interaksi kultural (B. Sunaryo, 2000).  Interaksi bisnis adalah interaksi di mana kegiatan ekonomi yang menjadi basis materialnya dan ukuran-ukuran yang digunakannya adalah ukuran-ukuran yang bersifat ekonomi.  Interaksi politik adalah interaksi di mana hubungan budaya dapat membuat ketergantungan dari satu budaya terhadap budaya lain atau dengan kata lain dapat menimbulkan ketergantungan suatu bangsa terhadap bangsa lain yang dipicu oleh kegiatan persentuhan aktivitas pariwisata dengan aktivitas eksistensial sebuah negara.  Sedangkan interaksi kultural adalah suatu bentuk hubungan di mana basis sosial budaya yang menjadi modalnya. Dalam dimensi interaksi kultural dimungkinkan adanya pertemuan antara dua atau lebih warga dari pendukung unsur kebudayaan yang berbeda.  Pertemuan ini mengakibatkan saling sentuh, saling pengaruh dan saling memperkuat sehingga bisa terbentuk suatu kebudayaan baru, tanpa mengabaikan keberadaan interaksi bisnis dan interaksi politik.
Berangkat dari pemahaman bahwa model yang digunakan untuk pengembangan kawasan wisata adalah model terbuka maka berarti tidak tertutup kemungkinan akan terjadi kontak antara aktivitas kepariwisataan dengan aktivitas masyarakat sekitar kawasan wisata.  Kontak-kontak ini tidak bisa dibatasi oleh kekuatan apapun apalagi ditunjang dengan adanya sarana pendukung yang memungkinkan mobilitas masyarakat.  Kontak yang paling mungkin terjadi adalah kontak antara masyarakat sekitar dengan pengunjung atau wisatawan.  Masyarakat sekitar berperan sebagai penyedia jasa kebutuhan wisatawan. 
Proses interaksi yang terjadi di lingkungan PASTY bisa dibilang harmonis, misalnya interaksi antar pedagang. Interaksi antar pedagang berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari kerja sama yang baik di antara mereka, contohnya pada pedagang burung dan pedagang reptil. Pedagang reptile bias memberi makan reptile-reptilnya dengan burung-burung yang sudah mati yang didapat dari penjual burung dan penjual burung tidak susah-susah lagi untuk memikirkan dimana mereka akan membuang bangkai burungnya tersebut. Interaksi pedangan dengan wisatawan juga berjalan baik. Para pedangan dengan ramah dan sabar dalam menawarkan dagangan sehingga membuat para wisatawan betah berada di PASTY. Interaksi yang terjadi lainnya yaitu antar pedagang dan masyarakat sekitar, yaitu dengan adanya PASTY banyak masyarakat yang berubah bermata pencaharian sebagai penjual hewan atau tanaman hias,serta menjadi tukang parker di lingkungan tersebut. Pedagang tersebut berkewajiban mengisi sedikit uang khas warga daerah tersebut dan hal itu lancer dilakukan oleh para pedagang sehingga sampai sekarangpun belum terjadi adanya konflik.

C.     Dampak Sosial-Budaya dan Sosial-Ekonomi PASTY
A.    Bentuk Perubahan Sosio Kultural yang terjadi di PASTY
1.      Perubahan terjadi secara cepat
Menurut pengamatan kami dan dari hasil wawancara, adanya relokasi Pasar Ngasem ke PASTY yang terjadi secara cepat mengakibatkan perubahan yang cepat, salah satu contohnya adalah perubahan matapencaharian warga di sekitar PASTY, banyak warga yang beralih profesi, misalnya sebagai pedagang hewan atau tanaman hias, sebagai tukang parkir, sebagai pedagang makanan, sebagai jasa angkut, dan masih banyak lagi.
Dengan bertambahnya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar Bantul maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Pemasukan kas paling banyak dirasakan oleh masyarakat sekitar pada hari Sabtu dan Minggu serta pada saat ada perlombaan hewan karena pada hari-hari tersebut pengunjung yang datang ke PASTY lebih banyak dibanding hari-hari biasa.

2.      Perubahannya kecil
Pengunjung PASTY tidak hanya masyarakat lokal saja tapi dari luar kota bahkan warga mancanegara yang ingin membeli hewan atau tumbuhan khas Indonesia atau hanya ingin berpariwisata saja. Karena heterogennya pengunjung maka terjadi interaksi yang komplek juga, ada transfer budaya di dalamnya. Salah satu contohnya adalah perubahan mode pakaian yang dikenakan pedagang di PASTY, yang tercipta dari imitasi mode pakaian pengunjung seperti pengunjung lokal atau bahkan warga mancanegara. Kemudian yang sangat terlihat adalah perubahan yang terjadi pada pedagang wanita yaitu perubahan mode berjilbab.
Kemudian dengan banyaknya pengunjung dari mancanegara menuntut para penjual untuk mampu berbahasa Inggris karena jika tidak, akan sulit bagi mereka untuk menawarkan dagangannya ke para turis tersebut. Para pedagang dan masyarakat sekitar menjadi memiliki lingkup pergaulan yang lebih luas dengan banyaknya turis yang datang.

3.      Perubahan ini dikehendaki
Relokasi Pasar Ngasem ke Jl. Bantul KM 1, Dongkelan yang diubah namanya menjadi PASTY, merupakan salah satu perubahan sosiokultural yang dikehendaki. Informasi yang kami peroleh dari narasumber, menyebutkan bahwa relokasi ini adalah ide dari pemerintah kota Yogyakarta yang menginginkan pasar hewan yang lebih baik dari pasar Ngasem. Terbukti bahwa pembangunan PASTY memiliki konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang masuk ke PASTY bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan, kelegaan, dan kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan semrawut. Untuk itu selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat parkir, tempat bermain anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah komposter untuk mengolah limbah dari pasar ini menjadi kompos, dan juga menyediakan tempat parkir yang luas.
Perpindahan Pasar Ngasem ke Pasty tidak dilakukan dengan penggusuran paksa seperti yang selama ini terjadi di berbagai tempat. Perpindahannya justru difasilitasi oleh Pemkot Jogja. Tidak ada ribut-ribut, apalagi bentrokan fisik. Jajaran Pemkot, DPRD Kota, dan pedagang justru melakukan kirab budaya untuk menandai perpindahan Pasar Ngasem ke PASTY. Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap bahwa perubahan ini akan berdampak positif bagi pedagang dan masyarakat di sekitar PASTY.
B.     Faktor Penyebab Perubahan Sosio Kultural yang terjadi di PASTY
Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) merupakan suatu masyarakat. Karena di dalmnya terdapat beberapa individu yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan suatu kebudayaan. Masyarakat selalu mengalami suatu dinamika perubahan. Tdak mungkin apabila masyarakat tidak megalami suatu perubahan sosial. Terdapat beberapa faktor yag menyebabkan perubahan sosio kultural, yaitu sebagai berikut:
1.    Faktor Intern
Faktor intern merupakan suatu faktor yang menyebabkan suatu perubahan yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor intern perubahan sosio kultural PASTY sebagai berikut:
a.    Perkembangan Teknologi
Teknologi diciptakan untuk mempermudah segala aktivitas manusia. Semakin berkembangnya teknologi, semakin mudah manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Perkembangan teknologi terjadi pada PASTY sehingga menyebabkan suatu perubahan sosial.
PASTY dibangun dengan konsep pasar yang ramah lingkungan. Jadi, ketika orang masuk ke PASTY bisa dipastikan mereka akan menemukan kenyamanan, keindahan, kelegaan, dan kesenangan. Tidak ada lagi kesan sumpek, kumuh, bau, dan semrawut. Untuk itu selain penataan ruang, kapling, los, gang, taman, tempat parkir, tempat bermain anak, dan toilet, di PASTY juga disediakan tiga buah komposter untuk mengolah limbah dari pasar ini menjadi kompos. Selain itu Pemkot juga mengawasi agar jangan sampai ada pedagang satwa. Bagi hobis satwa dan tanaman yang ada di Yogyakarta kini bisa memuaskan diri dengan mengunjungi PASTY. Komplek PASTY yang saat ini ditempati oleh para pedagang merupakan suatu tempat yang didesain sebagai tempat wisata keluarga. Dikomplek ini selain dibangun kios untuk para pedagang hewan atau burung juga telah dibangun sebuah taman untuk bermain anak-anak serta tempat untuk lomba burung berkicau. PASTY mempunyai berbagai fasilitas yaitu toilet umum, food court, tempat ibadah, area bermain dan area parkir yang luas. Kalau dulu di Pasar Ngasem yang datang hanya para penggemar hewan piaraan, maka di Komplek Pasty diharapkan yang datang tidak hanya para hobis, namun juga para keluarga ataupun anak-anak sekolah baik yang berasal dari Yogyakarta ataupun dari luar Yogyakarta. Dari segi kondisi lingkungan , lokasi PASTY  jauh lebih nyaman dibandingkan Pasar Ngasem. Selain areanya yang lebih luas, pasar ini juga dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, arena bermain anak, arena lomba hingga taman yang hijau.
Dengan adanya perkembangan teknologi, fungsi dari PASTY mengalami perubahan. PASTY mulanya digunakan sebagai tempat perdagangan hewan dan tanaman hias kini bertambah fungsi sebagai tempat wisata keluarga. Pedagang berharap, dengan adanya penataan yang bagus dapat menambah jumlah pengunjung.

b.    Bertambah dan Berkurangnya Pedagang
Setidaknya ada 280-an pedagang Pasar Ngasem yang akhirnya berpindah ke PASTY. Keraton Yogyakarta memindahkan pasar Ngasem ke jalan Bantul di daerah PASTY. Pihak PASTY yang dikepalai oleh seorang ketua paguyuban PASTY memberlakukan sistem pembayaran untuk penjual yang hendak bergabung di PASTY ini. Dan hal ini murni datang dari ketua paguyuban sendiri karena dari pihak pemilik yaitu pemerintah DIY serta Keraton Yogyakarta tidak pernah mengharuskan penjual untuk membayar sewa atas lahan yang digunakannya.  
Lokasi PASTY sangat strategis untuk digunakan sebagai lokasi perdagangan karena terletak di jalan utama yang cukup ramai. Tentu saja ini akan menarik minat para penjual untuk berdagang di sana. Persaingan antar pedagang di PASTY sangat ketat , karena semenjak relokasi jumlah penjual pun meningkat otomatis persaingan pun semakin ketat. Berbeda dengan di Ngasem dulu yang relatif lebih longgar persaingannya. Walaupun persaingan ketat tetapi dirasa keadaan ekonomi para pedagang mengalami mobilitas vertikal naik setelah pindah ke daerah Dongkelan. Persaingan antarpedagang terjadi secara baik dan tidak pernah menimbulkan suatu konflik antarpedagang. Kebanyakan pedagang adalah pindahan dari Pasar Ngasem dan beberapa dari warga sekitar Bantul.

c.    Inovasi Baru
Keraton Yogyakarta megusulkan untuk memindahkan pasar Ngasem ke Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Ini merupakan suatu inovasi pemerintah untuk memperbaiki keadaan pasar Ngasem yang sangat berantakan. Awalnya Pasar Ngasem merupakan sutu pasar hewan yang bergabung dengan tanaman hias. Sehingga tampak pemandangan yang tidak teratur dan semrawut. Oleh karena itu, pemerintah memunculkan suatu gagasan untuk memindahkan pasar tersebut.
Setelah pindah ke PASTY, keadaan pasar hewan dan tanaman hias terlihat rapi dan bersih. Ada pemisahan antara pasar hewan dan tanaman hias. Sehingga pengunjung lebih mudah dalam melakukan transaksi jual beli. Selain itu, seluruh orang yang ada di PASTY baik itu pembeli dan pedagang merasa nyaman dan betah.

2.    Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor perubahan yang berasal dari luar masyarakat. Berikut beberapa faktor ektern perubahan sosio kultural yang terjadi pada PASTY:
a.    Kontak dengan Masyarakat Luar
Pengunjung di PASTY tidak hanya berasal dari kawasan Yogyakarta sendiri tetapi juga berasal dari mancanegara. Dengan banyaknya pengunjung dari mancanegara menuntut para penjual untuk mampu berbahasa Inggris karena jika tidak, akan sulit bagi mereka untuk menawarkan dagangannya ke para turis tersebut. Para pedagang dan masyarakat sekitar menjadi memiliki lingkup pergaulan yang lebih luas dengan banyaknya turis yang datang.

b.    Kondisi Lingkungan Alam
Pasar Ngasem merupakan lokasi penjualan hewan dan tanaman hias di dekat Taman Sari. Awalnya lokasi ini sangat berantakan, kotor, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga pengunjungnya kurang begitu antusias untuk mengunjungi pasar Ngasem. Pengunjung yang datang di Pasar Ngasem adalah para pecinta hewan, entah itu pecinta burung, reptil, maupun ikan. Selain itu, keberadaan Pasar Ngasem dapat menyebabkan kemacetan.
Karena lingkungan yang demikian, maka Pasar Ngasem dipindah ke PASTY. Keadaan lingkungan di sana lebih baik daripada di Pasar Ngasem. Lokasinya sangat luas dan terdapat area parkir sendiri. Sehingga lokasinya tertata rapi dan tidak mengganggu pengguna jalan raya.

C.     Dampak Perubahan Sosio Kultural yang terjadi di PASTY
1.      Dampak Positif
a.       Peningkatan Ekonomi
Dengan adanya perubahan-perubahan dari pasar satwa Ngasem sendiri menjadi PASTY membawa dampak positif berupa peningkatan ekonomi masyarakat. Tempat yang menjadi luas memungkinkan peningkatan pedagang satwa atau tumbuhan, selain itu terdapat profesi-profesi lain seperti petugas-petugas pengatur ketertiban PASTY, juru parkir, dan tour guide karena PASTY juga merupakan salah satu tempat tujuan wisatawan mancanegara. Dari itu dapat kita lihat bahwa PASTY sendiri memberi lapangan-lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
b.      Peningkatan Integrasi Masyarakat
Banyaknya masyarakat dari berbagai daerah yang terlibat di dalam PASTY akan memungkinkan adanya peningkatan interaksi antar masyarakat. Hal itu dapat membuat masyarakat yang terlibat disitu akan semakin terintegrasi karena sering bertemu dan menjalin hubungan atau kepentingan yang salng menguntungkan. Keberadaan PASTY yang merupakan perpindahan pasar Ngasem menurut berbagai sumber di internet mendapat respon positif oleh pedagang maupun masyarakat. Dengan kenyamanan itu mereka akan semakin hidup rukun dan integrasi terjadi disitu.

c.       Lingkungan yang lebih bersih, indah, dan nyaman
Dasar pemindahan pasar yang terjadi awalnya adalah sempitnya tempat transaksi jualbeli sehingga mengganggu lalulintas jalan di daerah Ngasem yang kebetulan juga terdapat salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta yaitu Tamansari. Relokasi yang dilakukan pemerintah pada sepetak lahan pertanian milik sultan yang agak tidak terurus itu berhasil disulap menjadi tempat yang sangat menarik dan  juga dapat dikatakan tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi oleh wisatawan di Yogyakarta. Penataan pasar didesain cukup menarik dan sebagai ukuran sebuah pasar satwa tempat itu cukup bersih. Oleh karena itu kenyamanan akan dirasakan saat mengunjungi pasar itu, kunjungan ke pasar seolah-olah seperti kunjungan ke kebun binatang. Dan begitu juga pada pasar tumbuhan hias yang sangat memanjakan pembeli atau pengunjung yang datang dengan kesejukan dan keindahan tanaman hias. Tak salah jia tempat ini juga merupakan salah satu tempat ang direkomendasi untuk dikunjungi wisatawan di Yogyakarta.

2.      Dampak Negatif
a.       Kesenjangan ekonomi
Walaupun pada umumnya dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan ekonomi masyarakat karena semakin luasnya lapangan pekerjaan setelah adanya PASTY, akan tetapi beberapa orang pedagang yang berhasil kelompok kami wawancarai malah merasa merugi atas perpindahan itu. Hal itu dapat terjadi dikarenakan, pertama, adanya persaingan yang kurang sehat antar pedagang. Pedagang yang memiliki suatu kelebihan mengenai usahanya dapat saja memonopoli perdagangan dan tidak memperhatikan teman sesama pedagang mereka. Selanjutnya, dijadikanya PASTY menjadi salah satu tempat objek wisata dapat memungkinkan adanya oarang-orang yang berkunjung disana tidak berniat untuk untuk membeli dan hanya melihat-lihat beraneka satwa dan tumbuhan yang memang menarik dan indah. Lalu, tempat itu hanya akan ramai pada hari-hari libur seperti hari sabtu dan minggu. Penghasilan mereka para pedagang jadi tidak dapat diperkirakan dan bahkan menurun. Dan terakhir, letak PASTY yang relatif jauh dari pada Ngasem secara tidak langsung akan sedikit menyulitkan mereka yang akan ke PASTY. Jadi kesenjangan dapat terjadi antara pedagang karena adanya persaingan kurang sehat, pedagang dengan pekerja lain seperti petugas PASTY atau juru parkir karena pendapatan pedagang yang tak menentu jika dibandingkan profesi lain tersebut.


b.      Peningkatan potensi konflik
Interaksi sosial tak akan hanya menghasilkan suatu integrasi akan tetapi juga dapat berpotensi konflik. Hal ini mungkin akan terjadi karena persaingan tidak sehat yang tersebut diatas atau bisa saja terjadi karena gesekan norma yang berbeda antar masyarakat yang berasal dari berbagai daerah. Ketidakpuasan akan pemindahan pasar yang dapat berbentuk pendapatan yang menurun oleh beberapa pedagang atau keadaan yang mungkin membuat mereka mengalami cultural lag akan menyebabkan konflik  antara masyarakat pedagang dengan pemerintah yang memiliki kebijakan.

3.      Adanya polusi
Sebuah keadaan pasar walau sudah dapat dibilang bersih, indah, dan nyaman dari perpindahan sebelumnya akan tetap  menghasilkan suatu limbah. Limbah-limbah itu dapat berupa kotoran satwa, tumbuh-tumbuan mati atau sampah-sampah lain yang sedikit banyak akan membuat keresahan masyarakat sekitar.











BAB V
PENUTUP
A.    Simpulan
PASTY merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Yogyakarta yang  menarik cukup banyak minat pengunjung. PASTY tergolong daerah tujuan wisata karena telah memenuhi beberapa persyaratan itu yaitu adanya sarana dan prasarana, keamanan, kebersihan lingkungan, sarana komunikasi, fasilitas rumah makan. Di daerah tujuan wisata tersebut terdapat banyak fenomena sosial seperti interaksi sosial, perubahan sosial-budaya dan sosial-ekonomi serta dampak-dampak yang ditimbulkannya. Misalnya, dengan adanya PASTY maka akan merubah sedikit kebudayaan masyarakat sekitar dan ekonomi msyarakat sekitar, dll.
B.     Saran
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka kami selaku penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi memperbaiki makalah ini untuk ke depannya.










DAFTAR PUSTAKA

 

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.
Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2010). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.
Smelser, N. (1976). The Sociology of Economic Life. Jakarta: Rajawali.
Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Yoeti, O. A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan implementasi.

 














LAMPIRAN


0 komentar:

Posting Komentar