BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori adalah sarana pokok untuk
menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natural yang ingin
diteliti. Teori merupakan sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang
saling berkaitan yang menghadirkan suatu tinjauan secara sisitematis atas
fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan diantara
variabel-variabel yang terkait dalam fenonema,dengan tujuan memberikan
eksplanasi dan prediksi atas fenonema tersebut. Dalam hal ini teori sosiologi
klasik diartikan sebagai suatu hasil pemikiran berupa teori yang digunakan
sebagai alat penganalisa fenomena sosial pada
masa menjelang abad ke-20.Teori-teori tersebut lahir dari para tokoh-tokoh terkenal pada masa itu seperti Emile Durkhem, Max Weber, Karl Mark, Georg Simmel dan lain-lain.
masa menjelang abad ke-20.Teori-teori tersebut lahir dari para tokoh-tokoh terkenal pada masa itu seperti Emile Durkhem, Max Weber, Karl Mark, Georg Simmel dan lain-lain.
Hasil pemikiran dari masing-masing
tokoh sosiologi klasik memiliki keunikannya masing-masing dengan karakternya
masing-masing sebagai usaha dalam memahami kenyataan-kenyataan sosial yang
terjadi di masyarakat.Seperti misalnya hasil pemikiran Georg Simmel yang
dikenal sebagai tokoh sosiologi formal.Georg Simmel adalah seorang sosiolog dan
filsuf Jerman yang hidup di tahun 1858-1928.Ia merupakan salah satu Faunding Father Sosiologi.Sosiologi
formal maksudnya ialah sosiologi lebih menitik beratkan pada mempelajari
bentuk-bentuk daripada interaksi sosial bukan mempelajari isi dari hubungan
atau interaksi sosialnya. Pendekatan Simmel terhadap sosiologi dilihat dari
cara pandangnya terhadap masyarakat yang menurutnya merupakan sebuah bentuk
interaksi sosial yang berpola seperti halnya jaringan laba-laba.
Masalah-masalah pokok sosial yang dipelajari sosiologi terletak pada deskripsi
dan analisa bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial manusia dan
kristalisasinya di dalam kelompok dengan karakteristiknya masing-masing.
Georg Simmel beranggapan bahwa
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang harus memiliki tujuan mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, menganalisis, dan melakukan penyelidikan tentang
bentuk-bentuk hubungan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Selain itu,
Simmel juga menggunakan pendekatan dialektis di dalam mengembangkan teori
sosiologinya.Ia mengaitkan hubungan sosial yang dinamis dengan konflik yang
terjadi. Menurutnya, fenomena sosial yang terjadi merupakan elemen formal yang
bersifat ganda antara kerjasama dan konflik. Bagi Simmel, konflik merupakan
sesuatu yang essensial dari kehidupan sosial sebagai suatu yang tidak dapat
dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi Georg Simmel ?
2.
Apa saja pokok perhatian dan teori-teori yang dikemukakan oleh Georg Simmel ?
3.
Bagaimana bentuk kritik terhadap teori Georg Simmel?
C. Tujuan
1.
Mengetahui biografi Georg Simmel secara lengkap
2.
mengetahui pokok perhatian serta teori-teori yang dikemukakan Georg Simmel
3.
Mengetahui bentuk kritikan terhadap teori Georg Simmel
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI SOSIOLOGI KLASIK “ GEORG SIMMEL “
A.
Biografi
Georg Simmel
Georg Simmel lahir di pusat kota
Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di
Universitas Berlin. Namun upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak,
kendati demikian Simmel bersikukuh dan memperoleh gelar doktornya dalam bidang
filsafat pada tahun 1881. Pada tahun 1885-1900 ia bekerja sebagai pengajar di
universitas Berlin tempat ia belajar dulu, meskipun ia menduduki posisi yang
tidak penting yaitu sebagai privatdozent yang tidak digaji negara melainkan
mendapat bayaran dari mahasiswa’nya. Kendati berada pada posisi pinggir Simmel
agak sukses menjalani kariernya, terutama karena ia adalah seorang pemberi
kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian mahasiswa. Gayanya begitu
populer sehingga anggota masyarakat yang berpendidikan sekalipun tertarik
mengikuti kuliahnya, yang kemudian menjadi acara publik.
Simmel menulis begitu banyak artikel,
salah satu yang terkenal adalah The Metropolis and Mental Life juga The
Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman dan bahkan
memiliki pengikut internasional, khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya
memiliki arti penting bagi kelahiran sosiologi. Akhirnya tahun 1900 Simmel
mendapat pengakuan penuh, satu gelar terhormat di Universitas Berlin, yang
tidak memberikannya status akademis penuh.Simmel mencoba meraih beberapa posisi
akademis, namun ai gagal kendati memperoleh dukungan dari ilmuwan semacam Max
Weber.
Salah satu alasan bagi kegagalan
Simmel adalah karena ia seorang Yahudi yang hidup di Jerman abad ke-19 yang
sarat dengan anti Semitisme. Alasan lain adalah jenis karyanya yang ditulisnya.
Banyak artikelnya yang terbit di surat kabar dan majalah, semua itu ditulis
untuk audien yang lebih umum daripada untuk sosiolog akademis. Selain itu
karena tidak memiliki jabatan akademik reguler, ia terpaksa mendapatkan
penghasilan dengan kuliah umum. Audien Simmel, baik tulisan atau
kuliah-kuliahnya adalah khalayak intelektual ketimbang sosiolog profesional,
dan hal ini cenderung membawanya pada penilaian bernada ejekan dari rekan-rekan
seprofesinya.
Akhirnya pada tahun 1914 Simmel
memperoleh pekerjaan akademik reguler di satu Universitas kecil di Strasbourg
namun sekali lagi ia merasa terkucil. Di satu sisi ia menyesal meninggalkan
audiennya di kalangan intelektual Berlin sementara di sisi lain Simmel tidak
merasa sebagai bagian dari kehidupan di universitas barunya. Bahkan ia dan
istrinya pernah menulis surat pada istri Max Weber untuk menceritakan
kehidupan sedihnya setelah mereka meninggalkan Berlin.
Perang Dunia I meletus beberapa
waktu setelah kerja Simmel di Strasbourg, ruang-ruang kuliah berubah menjadi
rumah sakit tentara dan para mahasiswa pergi berperang. Jadi Simmel tetap
menjadi sosok marginal di kalangan akademisi Jerman sampai dengan ia wafat
tahun 1918. Ia memang tidak pernah menapaki karier akademis. Namun Simmel
menarik banyak pengikut akademik pada masa ini, dan ketenarannya sebagai
ilmuwan memang tumbuh pesat setelah beberapa tahun berselang.
B.
Pokok Perhatian
1. Level
dan Wilayah Perhatian
Simmel
memiliki teori realitas social yang jauh lebih rumit dan maju daripada
penilaian yang umumnya diberikan kepadanya di dalam sosiologi Amerika
kontemporer. Tom Bottomore dan David Frisby (1978) menyatakan ada empat level dasar
perhatian dalam karya Simmel. Pertama,
asumsi mikro tentang komponen-komponen psikologi kehidupan social.Kedua, pada skala yang lebih luas,
minatnya pada komponen-komponen sosiologi dalam hubungan antar pribadi.Ketiga, yang paling makro, karyanya
tentang struktur, dan perubahan dalam “semangat” social dan budaya pada
zamannya.Yang melampaui ketiga lapis tersebut adalah lapis keempat yang melibatkan prinsip tertinggi metafisika kehidupan.
Kebenaran abadi ini mempengaruhi semua karya Simmel dan seperti akan kita
ketahui, membawa pada gambaran tentang arah masa depan dunia.
2. Pemikiran
Dialektis
Pendekatan dialektis memiliki
berbagai sebab dan arah, mengintegrasikan fakta dengan nilai, menolak gagasan
tentang adanya garis pemisah yang tegas dan jelas antar fenomena social,
terfokus pada relasi social (B. Turner, 1986), tidak hanya melihat ke masa kini
maupun juga ke masa lalau, maupun masa depan, dan lebih menitikberatkan konflik
dan kontradiksi.
Ditengah-tengah kemiripan Marx dan
Simmel dalam penggunaan pendekatan dialektis, ada beberapa perbedaan penting
antara keduanya. Yang terpenting adalah fakta bahwa masing-masing memfokuskan
perhatian pada aspek dunia social yang sangat berbeda dan menawarkan gambaran
yang sangat berbeda dengan masa depan dunia. Simmel mewujudkan komitmennya
terhadap dialektika dengan berbagai cara. Ini dikarenakan sosiologi Simmel
selalu memusatkan perhtiannya terhadap relasi, khususnya pada interaksi
(asosiasi).
C.
Kesadaran
Individu
Pada level individu, Simmel memusatkan
perhatiannya pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu memerhatikan masalah
kesadaran individu yang memang jarang dibahas karyanya.Sudah barang tentu
Simmel berfikiran bahwa manusia memiliki kesadran kreatif. Seperti dikatakan
Frisby, bagi Simmel basis kehidupan social adalah “individu atau kelompok
individu yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif,
tujuan, dan kepentingan” (1984:61). Minatnya terhadap kreativitas tampak dalam
diskusi Simmel tentang beragam bentuk interaksi, kemampuan actor untuk
menciptakan struktur social, maupun efek merusak dari struktur-struktur
tersebut terhadap kreativitas individu.
Pembicaraan Simmel tentang bentuk
interaksi menunjukkan bahwa actor mengorientasikan diri secara sadar kepada
sesamanya. Simmel juga menyadari adanya kesadaran individu dan fakta bahwa
normaserta nilai masyarakat terinternalisasi dalam kesadaran individu.
Eksistensi norma dan nilai secara internal dan eksternal.
D.
Interaksi Sosial
Georg
Simmel terkenal dalam sosiologi kontemporer karena sumbangannya bagi pemahaman
kita tentang pola atau bentuk interaksi social.Dalam hal ini kita berbicara
tentang proses mikro-molukuler dalam,katakanlah materi manusia. Proses-proses
ini adalah kejadian actual yang terikat atau terhipostatiskan ke dalam sistem
dan unit yang bersifat makrokosmik dan padat. (Simmel,1908/1959b: 327-328)
Simmel menjelaskan bahwa salah satu minat utamanya adalah interaksi (asosiasi)
antar actor sadar dan tujuan minatnya ini adalah melihat besarnya cakupan
interaksi yang pada suatu ketika mungkin terlihat sepele namun pada saat lain
sangat penting. Ini buknannya kelanjutan minat Durkheim tentang fakta sosial
,namun lebih merupakan pernyataan tentang fokus sosiologi yang skalanya lebih
kecil.
·
Interaksi : Bentuk dan Tipe
Pokok
perhatian utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi
sosial.perhatian ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian
dalam filsafat,yang memisahkan bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup
sederhana. Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari
peristiwa,tindakan,interaksi, dan lain sebasginya yang tak terhingga. Menurut
pandangan Simmel,tugas sosiolog adalah melakukan hal yang sama persis dengan
apa yang dilakukan orang awam,yaitu menerapkan bentuk yang jumlahnya terbatas
kepada realitassosial,khususnya pada interaksi,sehingga dapat di analisis
secara lebih baik. Metodologi secara umum meliputi ekstrasi kesamaan yang
ditemukan pada luasnya bentangan interaksi spesifik.
Namun,ada
beberapa cara untuk membela pendekatan Simmel terhadap sosiologi formal.
Pertama,pendekatan ini dekat dengan realitas ,seperti tercermin dari begitu
banyak contoh dari dunia nyata yang digunakan Simmel. Kedua, pendekatan
ini tidak menerapkan kategoro sewenang-wenang dan kaku terhadap realitas sosial
namun justru mencoba membiarkan bentuk-bentuk tersebut mengalir dari realitas
sosial.Ketiga,pendekatan Simmel tidak menggunakan skema teoritis umum
tempat dipaksanya seluruh aspek dunia sosial. Selanjutnya ia menghindari
reifikasi skema teoritis yang menjangkiti teoritisi seperti Tallcot Parsons.
Akhirnya,sosiologi formal berlawanan dengan empirisme yang dikonseptualisasikan
secara buruk yang merupakan cirri dari sebagian besar sosiolog. Simmel
benar-benar menggunakan “data” empiris,namun data-datga tersebut ditempatkan di
bawah upayanya untuk menerapkan beberapa aturan tentang rumitnya dunia realitas
sosial.
·
Geometri Sosial.
Dalam
sosiologi formal Simmel,kita dapat melihat jelas upayanya mengembangkan
“geometri” relasi sosial. dua dari koefisien geometri yang menarik perhatiannya
adalah jumlah dan jarak (lainnya adalah posisi, kesenyawaan,
keterlibatan-diri,dan simetri.
·
Jumlah
Minat Simmel pada dampak jumlah
orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam bahasanya tentang perbedaan
antara dyad dan triad. Bagi Simmel (1950),terdapat perbedaan krusial antara dyad
(kelompok yang terdiri dari dua orang) dengan triad (kelompok yang
terdiri dari tiga orang). Tidak ada struktur kelompok independen dalam dyad ;
kelompok tidak lain hanya terdiri dari dua individu yang dapat di pisahkan.
Jadi, masing-masing anggota dyad mempertahankan tingginya level
individualitas.Individu tidak direndahkan pada level kelompok.Ini tidak terjadi
pada triad.Triad memiliki kemungkinan besar memperoleh makna di luar
individu yang terlibat.Tampaknya triad lebih lebih sekadar individu yang
terlibat di dalamnya.Triad berpotensi melahirkan struktur kelompok
independen.Akibatnya, terjadi ancaman yang lebih besar bagi individualitas
anggotanya.Gerakan dari dyad menuju triad adalah sesuatu yang
esensial bagi berkembangnya struktur sosial yang dapat dipisahkan dari dominan
terhadap individu .
·
Ukuran kelompok
Pada level yang lebih umum, terdapat
sikap simmel yang mendua (1908/1971) terhadap dampak ukuran kelompok. Di satu
sisi, ia berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat kecil
cenderung mengontrol kebebasan individu. Namun, pada masyarakat yang lebih
luas, individu cenderung terlibat dalam sebuah kelompok, yang masing-masing
hanya mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian. Dengan kata lain,
“individualitas dalam kehadiran dan tindakannya secara umum meningkatkan
derajat sehingga lingkaran sosial yang melingkupi individu dapat meluas” (simmel,
1908/1971a: 252).
·
Jarak
Dalam buku the philosophy of
money (1907/1978), simmel memaparkan sebuah prinsip umum nilai –apa saja
yang membuat suatu benda jadi berharga- yang menjadi dasar analisisnya tentang
uang. Poin dasarnya ialah bahwa nilai sesuatu ditentukan oleh jaraknya dari
aktor. Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu dekat dan terlalu
mudah diraih atau, sebaliknya, terlalu jauh dan terlalu sulit diperoleh. Objek
yang memang mungkin dapat diraih, namun hanya dengan upaya sungguh-sungguh,
adalah yang paling berharga.
·
Tipe sosial
Kita telah mengulas salah satu tipe
simmel, yaitu orang asing; tipe lainnya adalah si pelit, pemboros, pengelana,
dan bangsawan. Untuk mengilustrasikan apa yang dimaksud simmel di wilayah ini,
kita akan membahas salah satu tipe yang dijelaskannya, yaitu orang miskin.
·
Orang miskin
Sebagaimana ciri khas karya simmel, orang
miskin juga didefinisikanmenurut relasi sosial, orang yang dibantu oleh
orang lain atau paling tidak berhak untuk mendapatkan bantuan tersebut.Dalam
hal ini simmel jelas tidak berpandangan bahwa kemiskinan didefinisikan
oleh ada atau tidakna sejumlah uang di tangan.
Simmel juga memiliki pandangan relativistik
tentang kemiskinan yaitu, orang miskin bukan sekedar mereka yang berada di
lapis terbawah masyarakat.Dari sudut pandang ini, kemiskinan ditemukan pada
seluruh strata masyarakat.Konsep ini mempengaruhi konsep sosiologi ang kemudian
tumbuh, yaitu keterbelakangan relatif.Jika orang yang merupakan anggota
kelas atas lebih miskin dari sesamanya, mereka cenderung merasa miskin bila
dibandingkan dengan mereka.
·
Bentuk Sosial
Sebagaimana dengan tipe sosial,
Simmel melihat luasnya cakupan bentuk sosial, termasuk pertukaran, konflik,
prostitusi dan sosiabilitas. Kita dapat melukiskan pendapat Simmel
(1908/1971d) tentang bentuk sosial melalui diskusinya tentang dominasi, yaitu,
superordinasi dan subordinasi.
·
Superordinasi dan Subordinasi
Superordinasi dan subordinasi
memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya mengarahkan
pikiran dan tindakan orang lain. Justru pemimpin berharap pihak yang
tersubordinasi beraksi secara positif atau negatif.Tidak satu pun bentuk
interaksi ini meungkin ada tanpa adanya hubungan timbal balik.Dalam bentuk dominasi
paling opresif sekalipun sampai tingkat tertentu, pihak yang tersubordinasi
tetap memiliki kebebasan pribadi.Bagi kebanyakan orang, superordinasi mencakup
upaya untuk menghapus sepenuhnya independensi pihak yang tersubordinasi, namun
Simmel berargumen bahwa relasi sosial perlahan akan hilang jika ini terjadi.
E.
Buku The Philosophy of Money
Buku ini menggambarkan dengan baik
betapa luas dan majunya pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan
paling tidak Simmel layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun
esai-esainya tentang sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat
sebagai manifestasi spesifik teori umumnya.Buku ini juga menunjukkan kalau
Simmel memusatkan perhatiannya pada uang, minatnya pada fenomena ini melekat
pada serangkaian pokok perhatian teoretis dan filosofis yang lebih luas.
Simmel tertarik pada luasnya isu
nilai, dan uang dapat dilihat sekedar sebagai bentuk nilai spesifik, pada level
lain Simmel, Simmel tidak tertarik pada uang semata namun ia tertarik pada
dampak yang ditimbulkannya pada berbagai fenomena semisal “dunia batiniah”
aktor dan kebudayaan objektif secara keseluruhan. Selain itu Simmel juga
melihat uang sebagai fenomena spesifik yang dikaitkan dengan barbagai
komponen kehidupan lain, termasuk “pertukaran, kepemilikan, keserakahan,
pemborosan, sinisme, kebebasan individu, gaya hidup, kebudayaan, nilai
kepribadian dan lain sebagainya. Akhirnya dan paling umum, Simmel melihat uang
sebagai komponen kehidupan spesifik yang dapat membantu kita memahami totalitas
hidup.
Ø Uang dan Nilai
Salah
satu yang dibahas oleh Simmel dalam buku ini yaitu mengenai hubungan antara
uang dengan nilai. Secara umum, ia berpendapat bahwa orang menciptakan nilai
dengan menciptakan objek, memisahkan dirinya dirinya dari objek-objek tersebut,
dan selanjutnya berusaha mengatasi “jarak, kendala, kesulitan”. Semakin besar
kesulitan untuk mendapatkan suatu objek, semakin besar pula nilainya.Namun,
kesulitan untuk memperoleh ini memiliki “batas bawah dan batas atas”.Prinsip
umumnya adalah bahwa nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk menjarakkan
dirinya secara tepat dari objek. Benda-benda yang terlalu dekat, terlalu
mudah diperoleh, tidak terlalu berharga. Perlu upaya tertentu agar sesuatu
dianggap bernilai.Sebaliknya, benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit,
atau nyaris mustahil diperoleh juga sangat tidak bernilai.Benda-benda yang
menghalangi sebagian besar, jika tidak semua, upaya kita untuk memperolehnya
semakin tidak bernilai di mata kita. Benda-benda yang paling bernilai
adalah yang tidak yang tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Di antara
faktor yang terdapat jarak objek dari seorang aktor adalah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkannya, kelangkaan, kesulitan untuk memperolehnya, dan
keharusan diberikannya benda lain demi mendapatkannya.
Ø Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
Dalam proses menciptakan nilai, uang
juga menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi modern, dan akhirnya,
masyarakat (kapitalis) modern. Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan
elemen-elemen ini untuk mendapatkan kehidupan bagi dirinya sendiri yang
bersifat eksternal dan memiliki daya paksa terhadap aktor. Hal ini bertentangan
dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya dimana barter atau perdagangan tidak
mengarah pada dunia yang tereifikasi yang merupakan produk khas ekonomi uang.
Uang membuka peluang bagi perkembangan ini dengan berbagai cara.
Ø Efek Negatif
Masyarakat tempat uang menjadi tujuan itu sendiri, yang
benar-benar menjadi tujuan akhir, melahirkan sejumlah efek negatif pada
individu (Beilharz, 1996), yang dua di antaranya yang paling menarik adalah
meningkatnya sinisme dan sikap acuh.Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan
terendah kehidupan sosial diperjualbelikan, diredusi menjadi alat tukar paling
umum-uang.Pada konteks yang berbeda, uang adalah musuh mutlak estetika, yang
mereduksi segala hal menjadi fenomena tanpa bentuk, dan murni kuantitatif.Efek
negatif lain ekonomi uang adalah makin merebaknya hubungan impersonal antar
orang.
Ø Tragedi Kebudayaan
Sebab utama meningkatnya kesenjangan
ini adalah meningkatnya pembagian kerja di masyarakat modern (Oakes,
1984:19).Meningkatnya spesialisasi mengarah pada perbaikan kemampuan untuk
menciptakan beragam komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu
yang terspesialisasi kehilangan pemahaman akan kebudayaan total dan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika kebudayaan objektif tumbuh, kebudayaan
individu sirna.Salah satu contohnya adalah bahasa sebagai suatu keseluruhan
totalitas telah berkembang begitu pesat, namun kemampuan linguistik
individu-individu tertentu justru merosot.Terkait dengan itu, seiring dengan
tumbuhnya teknologi dan permesinan, kemampuan pekerja individu dan ketrampilan
yang dibutuhkan telah merosot secara dramatis.Ekspansi besar-besaran kebudayaan
objektif membawa efek dramatis pada irama kehidupan.Secara umum, ketimpangan
yang menjadi ciri khas ephos awal ini meningkat dan di dalam masyarakat modern
digantikan oleh pola kehidupan yang jauh lebih konsisten.Contohnya adalah
begitu tingginya peningkatan kebudayaan modern.
Ø Tragedi Kebudayaan Dalam Konteks
yang Lebih Luas
Birgita Nedelmann (1991) menawarkan
tafsir menarik tentang tragedi kebudayaan dalam konteks yang disebutnya sebagai
tiga masalah kebudayaan Simmel.
Masalah pertama adalah nestapa
budaya.Ini adalah akibat dari konflik antara individu sebagai pencipta
kebudayaan dengan bentuk-bentuk budaya yang bersifat tetap dan tanpa batasan
waktu yang mereka hadapi.Kalau individu harus memenuhi kebtutuhannya dengan
menciptakan bentuk-bentuk budaya, pemenuhan tersebut semakin tidak mungkin
terjadi, paling tidak sebagian, karena “Sistem budaya tertinggal dibelakang
perkembangan kreatifitas manusia”.
Masalah kedua adalah keracunan
budaya. Dalam hal ini Simmel membedakan gaya dengan seni. Gaya terkait dengan
generalitas, dengan “elemen-elemen objek artistik yang sama-sama dimiliki oleh
objek lain yang menjadi bagian dari kategori yang sama”.
Akhirnya, dan yang terpenting,
adalah masalah tragedi kebudayaan.Nedelmann menawarkan tafsir menarik terhadap
gagasan ini. Ia menunjukkan bahwa ini adalah satu tragedi, ketimbang sekadar
kesedihan, karena ”kehancuran sosial adalah akibat niscaya dari logika imanen”
kebudayaan.
Namun, paradoks dan tragisnya,
individu tidak memiliki alternatif lain kecuali terus menciptakan produk
budaya. Terlebih lagi, terjerat kedalam kehidupan produktivitas tanpa makna,
individu “tidak memiliki energi untuk memberontak atau memprotes sistem budaya
sebagai sistem, ataupun untuk bereaksi terhadap cara-cara menyimpang dan
terlalu dibesar-besarkan”.
F.
Kritik terhadap Teori Georg Simmel
Kritik terhadap Simmel yang paling
sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang terpisah-pisah.Simmel
dituduh tidak memiliki pendekatan teoritis koheren, namun hanya memiliki
serangkaian pendekatan fragmentaris atau “inpresionistik”.Simmel memfokuskan
perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris bukan
merupakan kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan dalam pemikiran para
pendiri sosiologi lainnya.Meski sangat sedikit orang yang menganut pemikiran
Simmelian, Simmel acap diakui sebagai seorang “innovator gagasan dan tolok ukur
teoritis”.Konsekuensinya, Simmel sering kali dipandang sebagai sumber alami
wawasan yang harus digali bagi hipotesis empiris ketimbang sebagai satu
kerangka kerja koheren bagi analis teoretis.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Georg
Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858.Pokok perhatian
utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi
sosial.perhatian ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian
dalam filsafat,yang memisahkan bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup
sederhana. Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari
peristiwa,tindakan,interaksi, dan lain sebasginya yang tak terhingga.
Buku
the philosophy of money menggambarkan dengan baik betapa luas dan majunya
pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan paling tidak Simmel
layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun esai-esainya tentang
sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat sebagai manifestasi
spesifik teori umumnya.
Kritik
terhadap Simmel yang paling sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang
terpisah-pisah.Simmel dituduh tidak memiliki pendekatan teoritis koheren, namun
hanya memiliki serangkaian pendekatan fragmentaris atau “inpresionistik”.Simmel
memfokuskan perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris
bukan merupakan kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan dalam pemikiran
para pendiri sosiologi lainnya.
B.
Saran
Meski sangat sedikit orang yang
menganut pemikiran Simmelian, Simmel acap diakui sebagai seorang “innovator
gagasan dan tolok ukur teoritis”.Konsekuensinya, Simmel sering kali dipandang
sebagai sumber alami wawasan yang harus digali bagi hipotesis empiris ketimbang
sebagai satu kerangka kerja koheren bagi analis teoretis.
DAFTAR PUSTAKA
Giddens, Anthoni, dkk. 2009. Sosiologi sejarah dan berbagai
pemikirannya. Jogjakarta : Kreasi Wacana Jogjakarta.
Hotman
M. Siahan, 1986, Pengantar ke Arah
Sejarah dan Teori Sosiologi, Jakarta: Erlangga
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi: Dasar Teori Sosiologi
Klasik sampai Perkmbangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Jogjakarta :
Kreasi Wacana Jogjakarta.
WinStar World Casino and Resort is opening
BalasHapusWinStar 토토 사이트 운영 World Casino and Resort is opening a new, $400M casino-resort expansion in 배당 토토 the U.S. 라이브바카라 with the 축구 토토 opening of its $400 million 인터넷바카라 Sky Tower