Senin, 02 Desember 2013

Makalah Teori Sosiologi Klasik : Georg Simmel



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natural yang ingin diteliti. Teori merupakan sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan yang menghadirkan suatu tinjauan secara sisitematis atas fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan diantara variabel-variabel yang terkait dalam fenonema,dengan tujuan memberikan eksplanasi dan prediksi atas fenonema tersebut. Dalam hal ini teori sosiologi klasik diartikan sebagai suatu hasil pemikiran berupa teori yang digunakan sebagai alat penganalisa fenomena sosial pada
masa menjelang abad ke-20.Teori-teori tersebut lahir dari para tokoh-tokoh terkenal pada masa itu seperti Emile Durkhem, Max Weber, Karl Mark, Georg Simmel dan lain-lain.
            Hasil pemikiran dari masing-masing tokoh sosiologi klasik memiliki keunikannya masing-masing dengan karakternya masing-masing sebagai usaha dalam memahami kenyataan-kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat.Seperti misalnya hasil pemikiran Georg Simmel yang dikenal sebagai tokoh sosiologi formal.Georg Simmel adalah seorang sosiolog dan filsuf Jerman yang hidup di tahun 1858-1928.Ia merupakan salah satu Faunding Father Sosiologi.Sosiologi formal maksudnya ialah sosiologi lebih menitik beratkan pada mempelajari bentuk-bentuk daripada interaksi sosial bukan mempelajari isi dari hubungan atau interaksi sosialnya. Pendekatan Simmel terhadap sosiologi dilihat dari cara pandangnya terhadap masyarakat yang menurutnya merupakan sebuah bentuk interaksi sosial yang berpola seperti halnya jaringan laba-laba. Masalah-masalah pokok sosial yang dipelajari sosiologi terletak pada deskripsi dan analisa bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial manusia dan kristalisasinya di dalam kelompok dengan karakteristiknya masing-masing.
            Georg Simmel beranggapan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang harus memiliki tujuan mendeskripsikan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan melakukan penyelidikan tentang bentuk-bentuk hubungan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.Selain itu, Simmel juga menggunakan pendekatan dialektis di dalam mengembangkan teori sosiologinya.Ia mengaitkan hubungan sosial yang dinamis dengan konflik yang terjadi. Menurutnya, fenomena sosial yang terjadi merupakan elemen formal yang bersifat ganda antara kerjasama dan konflik. Bagi Simmel, konflik merupakan sesuatu yang essensial dari kehidupan sosial sebagai suatu yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Georg Simmel ?
2. Apa saja pokok perhatian dan teori-teori yang dikemukakan oleh Georg Simmel ?

3. Bagaimana bentuk kritik terhadap teori Georg Simmel?
C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Georg Simmel secara lengkap
2. mengetahui pokok perhatian serta teori-teori yang dikemukakan Georg Simmel
3. Mengetahui bentuk kritikan terhadap teori Georg Simmel
           








BAB II
PEMBAHASAN
TEORI SOSIOLOGI KLASIK “ GEORG SIMMEL “
A.    Biografi Georg Simmel
Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di Universitas Berlin. Namun upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak, kendati demikian Simmel bersikukuh dan memperoleh gelar doktornya dalam bidang filsafat pada tahun 1881. Pada tahun 1885-1900 ia bekerja sebagai pengajar di universitas Berlin tempat ia belajar dulu, meskipun ia menduduki posisi yang tidak penting yaitu sebagai privatdozent yang tidak digaji negara melainkan mendapat bayaran dari mahasiswa’nya. Kendati berada pada posisi pinggir Simmel agak sukses menjalani kariernya, terutama karena ia adalah seorang pemberi kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian mahasiswa. Gayanya begitu populer sehingga anggota masyarakat yang berpendidikan sekalipun tertarik mengikuti kuliahnya, yang kemudian menjadi acara publik.
Simmel menulis begitu banyak artikel, salah satu yang terkenal adalah The Metropolis and Mental Life  juga The Philosophy of Money. Ia terkenal di kalangan akademisi Jerman dan bahkan memiliki pengikut internasional, khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya memiliki arti penting bagi kelahiran sosiologi. Akhirnya tahun 1900 Simmel mendapat pengakuan penuh, satu gelar terhormat di Universitas Berlin, yang tidak memberikannya status akademis penuh.Simmel mencoba meraih beberapa posisi akademis, namun ai gagal kendati memperoleh dukungan dari ilmuwan semacam Max Weber.
Salah satu alasan bagi kegagalan Simmel adalah karena ia seorang Yahudi yang hidup di Jerman abad ke-19 yang sarat dengan anti Semitisme. Alasan lain adalah jenis karyanya yang ditulisnya. Banyak artikelnya yang terbit di surat kabar dan majalah, semua itu ditulis untuk audien yang lebih umum daripada untuk sosiolog akademis. Selain itu karena tidak memiliki jabatan akademik reguler, ia terpaksa mendapatkan penghasilan dengan kuliah umum. Audien Simmel, baik tulisan atau kuliah-kuliahnya adalah khalayak intelektual ketimbang sosiolog profesional, dan hal ini cenderung membawanya pada penilaian bernada ejekan dari rekan-rekan seprofesinya.
Akhirnya pada tahun 1914 Simmel memperoleh pekerjaan akademik reguler di satu Universitas kecil di Strasbourg namun sekali lagi ia merasa terkucil. Di satu sisi ia menyesal meninggalkan audiennya di kalangan intelektual Berlin sementara di sisi lain Simmel tidak merasa sebagai bagian dari kehidupan di universitas barunya. Bahkan ia dan istrinya pernah menulis surat pada istri Max Weber  untuk menceritakan kehidupan sedihnya setelah mereka meninggalkan Berlin.
Perang Dunia I meletus beberapa waktu setelah kerja Simmel di Strasbourg, ruang-ruang kuliah berubah menjadi rumah sakit tentara dan para mahasiswa pergi berperang. Jadi Simmel tetap menjadi sosok marginal di kalangan akademisi Jerman sampai dengan ia wafat tahun 1918. Ia memang tidak pernah menapaki karier akademis. Namun Simmel menarik banyak pengikut akademik pada masa ini, dan ketenarannya sebagai ilmuwan memang tumbuh pesat setelah beberapa tahun berselang.
B.      Pokok Perhatian
1.      Level dan Wilayah Perhatian
Simmel memiliki teori realitas social yang jauh lebih rumit dan maju daripada penilaian yang umumnya diberikan kepadanya di dalam sosiologi Amerika kontemporer. Tom Bottomore dan David Frisby (1978) menyatakan ada empat level dasar perhatian dalam karya Simmel. Pertama, asumsi mikro tentang komponen-komponen psikologi kehidupan social.Kedua, pada skala yang lebih luas, minatnya pada komponen-komponen sosiologi dalam hubungan antar pribadi.Ketiga, yang paling makro, karyanya tentang struktur, dan perubahan dalam “semangat” social dan budaya pada zamannya.Yang melampaui ketiga lapis tersebut adalah lapis keempat yang melibatkan prinsip tertinggi metafisika kehidupan. Kebenaran abadi ini mempengaruhi semua karya Simmel dan seperti akan kita ketahui, membawa pada gambaran tentang arah masa depan dunia.
2.      Pemikiran Dialektis
Pendekatan dialektis memiliki berbagai sebab dan arah, mengintegrasikan fakta dengan nilai, menolak gagasan tentang adanya garis pemisah yang tegas dan jelas antar fenomena social, terfokus pada relasi social (B. Turner, 1986), tidak hanya melihat ke masa kini maupun juga ke masa lalau, maupun masa depan, dan lebih menitikberatkan konflik dan kontradiksi.
Ditengah-tengah kemiripan Marx dan Simmel dalam penggunaan pendekatan dialektis, ada beberapa perbedaan penting antara keduanya. Yang terpenting adalah fakta bahwa masing-masing memfokuskan perhatian pada aspek dunia social yang sangat berbeda dan menawarkan gambaran yang sangat berbeda dengan masa depan dunia. Simmel mewujudkan komitmennya terhadap dialektika dengan berbagai cara. Ini dikarenakan sosiologi Simmel selalu memusatkan perhtiannya terhadap relasi, khususnya pada interaksi (asosiasi).
C.    Kesadaran Individu
Pada level individu, Simmel memusatkan perhatiannya pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu memerhatikan masalah kesadaran individu yang memang jarang dibahas karyanya.Sudah barang tentu Simmel berfikiran bahwa manusia memiliki kesadran kreatif. Seperti dikatakan Frisby, bagi Simmel basis kehidupan social adalah “individu atau kelompok individu yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan, dan kepentingan” (1984:61). Minatnya terhadap kreativitas tampak dalam diskusi Simmel tentang beragam bentuk interaksi, kemampuan actor untuk menciptakan struktur social, maupun efek merusak dari struktur-struktur tersebut terhadap kreativitas individu.
Pembicaraan Simmel tentang bentuk interaksi menunjukkan bahwa actor mengorientasikan diri secara sadar kepada sesamanya. Simmel juga menyadari adanya kesadaran individu dan fakta bahwa normaserta nilai masyarakat terinternalisasi dalam kesadaran individu. Eksistensi norma dan nilai secara internal dan eksternal.
D.    Interaksi Sosial
Georg Simmel terkenal dalam sosiologi kontemporer karena sumbangannya bagi pemahaman kita tentang pola atau bentuk interaksi social.Dalam hal ini kita berbicara tentang proses mikro-molukuler dalam,katakanlah materi manusia. Proses-proses ini adalah kejadian actual yang terikat atau terhipostatiskan ke dalam sistem dan unit yang bersifat makrokosmik dan padat. (Simmel,1908/1959b: 327-328) Simmel menjelaskan bahwa salah satu minat utamanya adalah interaksi (asosiasi) antar actor sadar dan tujuan minatnya ini adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang pada suatu ketika mungkin terlihat sepele namun pada saat lain sangat penting. Ini buknannya kelanjutan minat Durkheim tentang fakta sosial ,namun lebih merupakan pernyataan tentang fokus sosiologi yang skalanya lebih kecil.
·         Interaksi : Bentuk dan Tipe
Pokok perhatian utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi sosial.perhatian ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian dalam filsafat,yang memisahkan bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup sederhana. Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari peristiwa,tindakan,interaksi, dan lain sebasginya yang tak terhingga. Menurut pandangan Simmel,tugas sosiolog adalah melakukan hal yang sama persis dengan apa yang dilakukan orang awam,yaitu menerapkan bentuk yang jumlahnya terbatas kepada realitassosial,khususnya pada interaksi,sehingga dapat di analisis secara lebih baik. Metodologi secara umum meliputi ekstrasi kesamaan yang ditemukan pada luasnya bentangan interaksi spesifik.
Namun,ada beberapa cara untuk membela pendekatan Simmel terhadap sosiologi formal. Pertama,pendekatan ini dekat dengan realitas ,seperti tercermin dari begitu banyak contoh dari dunia nyata yang digunakan Simmel. Kedua, pendekatan ini tidak menerapkan kategoro sewenang-wenang dan kaku terhadap realitas sosial namun justru mencoba membiarkan bentuk-bentuk tersebut mengalir dari realitas sosial.Ketiga,pendekatan Simmel tidak menggunakan skema teoritis umum tempat dipaksanya seluruh aspek dunia sosial. Selanjutnya ia menghindari reifikasi skema teoritis yang menjangkiti teoritisi seperti Tallcot Parsons. Akhirnya,sosiologi formal berlawanan dengan empirisme yang dikonseptualisasikan secara buruk yang merupakan cirri dari sebagian besar sosiolog. Simmel benar-benar menggunakan “data” empiris,namun data-datga tersebut ditempatkan di bawah upayanya untuk menerapkan beberapa aturan tentang rumitnya dunia realitas sosial.

·         Geometri Sosial.
Dalam sosiologi formal Simmel,kita dapat melihat jelas upayanya mengembangkan “geometri” relasi sosial. dua dari koefisien geometri yang menarik perhatiannya adalah jumlah dan jarak (lainnya adalah posisi, kesenyawaan, keterlibatan-diri,dan simetri.
·         Jumlah
Minat Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam bahasanya tentang perbedaan antara dyad dan triad. Bagi Simmel (1950),terdapat perbedaan krusial antara dyad (kelompok yang terdiri dari dua orang) dengan triad (kelompok yang terdiri dari tiga orang). Tidak ada struktur kelompok independen dalam dyad ; kelompok tidak lain hanya terdiri dari dua individu yang dapat di pisahkan. Jadi, masing-masing anggota dyad mempertahankan tingginya level individualitas.Individu tidak direndahkan pada level kelompok.Ini tidak terjadi pada triad.Triad memiliki kemungkinan besar memperoleh makna di luar individu yang terlibat.Tampaknya triad lebih lebih sekadar individu yang terlibat di dalamnya.Triad berpotensi melahirkan struktur kelompok independen.Akibatnya, terjadi ancaman yang lebih besar bagi individualitas anggotanya.Gerakan dari dyad menuju triad adalah sesuatu yang esensial bagi berkembangnya struktur sosial yang dapat dipisahkan dari dominan terhadap individu .
·         Ukuran kelompok
Pada level yang lebih umum, terdapat sikap simmel yang mendua (1908/1971) terhadap dampak ukuran kelompok. Di satu sisi, ia berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat kecil cenderung mengontrol kebebasan individu. Namun, pada masyarakat yang lebih luas, individu cenderung terlibat dalam sebuah kelompok, yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian. Dengan kata lain, “individualitas dalam kehadiran dan tindakannya secara umum meningkatkan derajat sehingga lingkaran sosial yang melingkupi individu dapat meluas” (simmel, 1908/1971a: 252). 
·         Jarak
Dalam buku the philosophy of money (1907/1978), simmel memaparkan sebuah prinsip umum nilai –apa saja yang membuat suatu benda jadi berharga- yang menjadi dasar analisisnya tentang uang. Poin dasarnya ialah bahwa nilai sesuatu ditentukan oleh jaraknya dari aktor. Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu dekat dan terlalu mudah diraih atau, sebaliknya, terlalu jauh dan terlalu sulit diperoleh. Objek yang memang mungkin dapat diraih, namun hanya dengan upaya sungguh-sungguh, adalah yang paling berharga.
·         Tipe sosial
Kita telah mengulas salah satu tipe simmel, yaitu orang asing; tipe lainnya adalah si pelit, pemboros, pengelana, dan bangsawan. Untuk mengilustrasikan apa yang dimaksud simmel di wilayah ini, kita akan membahas salah satu tipe yang dijelaskannya, yaitu orang miskin.
·         Orang miskin
Sebagaimana ciri khas karya simmel, orang miskin juga didefinisikanmenurut relasi sosial, orang yang dibantu oleh orang lain atau paling tidak berhak untuk mendapatkan bantuan tersebut.Dalam hal ini simmel jelas tidak berpandangan bahwa kemiskinan didefinisikan oleh ada atau tidakna sejumlah uang di tangan.
Simmel juga memiliki pandangan relativistik tentang kemiskinan yaitu, orang miskin bukan sekedar mereka yang berada di lapis terbawah masyarakat.Dari sudut pandang ini, kemiskinan ditemukan pada seluruh strata masyarakat.Konsep ini mempengaruhi konsep sosiologi ang kemudian tumbuh, yaitu keterbelakangan relatif.Jika orang yang merupakan anggota kelas atas lebih miskin dari sesamanya, mereka cenderung merasa miskin bila dibandingkan dengan mereka.


·         Bentuk Sosial
Sebagaimana dengan tipe sosial, Simmel melihat luasnya cakupan bentuk sosial, termasuk pertukaran, konflik, prostitusi dan sosiabilitas. Kita dapat  melukiskan pendapat Simmel (1908/1971d) tentang bentuk sosial melalui diskusinya tentang dominasi, yaitu, superordinasi dan subordinasi.
·         Superordinasi dan Subordinasi
Superordinasi dan subordinasi memiliki hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain. Justru pemimpin berharap pihak yang tersubordinasi beraksi secara positif atau negatif.Tidak satu pun bentuk interaksi ini meungkin ada tanpa adanya hubungan timbal balik.Dalam bentuk dominasi paling opresif sekalipun sampai tingkat tertentu, pihak yang tersubordinasi tetap memiliki kebebasan pribadi.Bagi kebanyakan orang, superordinasi mencakup upaya untuk menghapus sepenuhnya independensi pihak yang tersubordinasi, namun Simmel berargumen bahwa relasi sosial perlahan akan hilang jika ini terjadi.                 
E.     Buku The Philosophy of Money
Buku ini menggambarkan dengan baik betapa luas dan majunya pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan paling tidak Simmel layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun esai-esainya tentang sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat sebagai manifestasi spesifik teori umumnya.Buku ini juga menunjukkan kalau Simmel memusatkan perhatiannya pada uang, minatnya pada fenomena ini melekat pada serangkaian pokok perhatian teoretis dan filosofis yang lebih luas.
Simmel tertarik pada luasnya isu nilai, dan uang dapat dilihat sekedar sebagai bentuk nilai spesifik, pada level lain Simmel, Simmel tidak tertarik pada uang semata namun ia tertarik pada dampak yang ditimbulkannya pada berbagai fenomena semisal “dunia batiniah” aktor dan kebudayaan objektif secara keseluruhan. Selain itu Simmel juga melihat uang  sebagai fenomena spesifik yang dikaitkan dengan barbagai komponen kehidupan lain, termasuk “pertukaran, kepemilikan, keserakahan, pemborosan, sinisme, kebebasan individu, gaya hidup, kebudayaan, nilai kepribadian dan lain sebagainya. Akhirnya dan paling umum, Simmel melihat uang sebagai komponen kehidupan spesifik yang dapat membantu kita memahami totalitas hidup.
Ø  Uang dan Nilai
Salah satu yang dibahas oleh Simmel dalam buku ini yaitu mengenai hubungan antara uang dengan nilai. Secara umum, ia berpendapat bahwa orang menciptakan nilai dengan menciptakan objek, memisahkan dirinya dirinya dari objek-objek tersebut, dan selanjutnya berusaha mengatasi “jarak, kendala, kesulitan”. Semakin besar kesulitan untuk mendapatkan suatu objek, semakin besar pula nilainya.Namun, kesulitan untuk memperoleh ini memiliki “batas bawah dan batas atas”.Prinsip umumnya adalah bahwa nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk menjarakkan dirinya secara tepat dari objek. Benda-benda yang terlalu dekat,  terlalu mudah diperoleh, tidak terlalu berharga. Perlu upaya tertentu agar sesuatu dianggap bernilai.Sebaliknya, benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau nyaris mustahil diperoleh juga sangat tidak bernilai.Benda-benda yang menghalangi sebagian besar, jika tidak semua, upaya kita untuk memperolehnya semakin tidak bernilai di mata kita. Benda-benda yang paling bernilai  adalah yang tidak yang tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Di antara faktor yang terdapat jarak objek dari seorang aktor adalah waktu yang diperlukan untuk mendapatkannya, kelangkaan, kesulitan untuk memperolehnya, dan keharusan diberikannya benda lain demi mendapatkannya.
Ø  Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
Dalam proses menciptakan nilai, uang juga menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi modern, dan akhirnya, masyarakat (kapitalis) modern. Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan elemen-elemen ini untuk mendapatkan kehidupan bagi dirinya sendiri yang bersifat eksternal dan memiliki daya paksa terhadap aktor. Hal ini bertentangan dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya dimana barter atau perdagangan tidak mengarah pada dunia yang tereifikasi yang merupakan produk khas ekonomi uang. Uang membuka peluang bagi perkembangan ini dengan berbagai cara.

Ø  Efek Negatif
Masyarakat tempat uang menjadi tujuan itu sendiri, yang benar-benar menjadi tujuan akhir, melahirkan sejumlah efek negatif pada individu (Beilharz, 1996), yang dua di antaranya yang paling menarik adalah meningkatnya sinisme dan sikap acuh.Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah kehidupan sosial diperjualbelikan, diredusi menjadi alat tukar paling umum-uang.Pada konteks yang berbeda, uang adalah musuh mutlak estetika, yang mereduksi segala hal menjadi fenomena tanpa bentuk, dan murni kuantitatif.Efek negatif lain ekonomi uang adalah makin merebaknya hubungan impersonal antar orang.
Ø  Tragedi Kebudayaan
Sebab utama meningkatnya kesenjangan ini adalah meningkatnya pembagian kerja di masyarakat modern (Oakes, 1984:19).Meningkatnya spesialisasi mengarah pada perbaikan kemampuan untuk menciptakan beragam komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu yang terspesialisasi kehilangan pemahaman akan kebudayaan total dan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika kebudayaan objektif tumbuh, kebudayaan individu sirna.Salah satu contohnya adalah bahasa sebagai suatu keseluruhan totalitas telah berkembang begitu pesat, namun kemampuan linguistik individu-individu tertentu justru merosot.Terkait dengan itu, seiring dengan tumbuhnya teknologi dan permesinan, kemampuan pekerja individu dan ketrampilan yang dibutuhkan telah merosot secara dramatis.Ekspansi besar-besaran kebudayaan objektif membawa efek dramatis pada irama kehidupan.Secara umum, ketimpangan yang menjadi ciri khas ephos awal ini meningkat dan di dalam masyarakat modern digantikan oleh pola kehidupan yang jauh lebih konsisten.Contohnya adalah begitu tingginya peningkatan kebudayaan modern.
Ø  Tragedi Kebudayaan Dalam Konteks yang Lebih Luas
Birgita Nedelmann (1991) menawarkan tafsir menarik tentang tragedi kebudayaan dalam konteks yang disebutnya sebagai tiga masalah kebudayaan Simmel.
Masalah pertama adalah nestapa budaya.Ini adalah akibat dari konflik antara individu sebagai pencipta kebudayaan dengan bentuk-bentuk budaya yang bersifat tetap dan tanpa batasan waktu yang mereka hadapi.Kalau individu harus memenuhi kebtutuhannya dengan menciptakan bentuk-bentuk budaya, pemenuhan tersebut semakin tidak mungkin terjadi, paling tidak sebagian, karena “Sistem budaya tertinggal dibelakang perkembangan kreatifitas manusia”.
Masalah kedua adalah keracunan budaya. Dalam hal ini Simmel membedakan gaya dengan seni. Gaya terkait dengan generalitas, dengan “elemen-elemen objek artistik yang sama-sama dimiliki oleh objek lain yang menjadi bagian dari kategori yang sama”.
Akhirnya, dan yang terpenting, adalah masalah tragedi kebudayaan.Nedelmann menawarkan tafsir menarik terhadap gagasan ini. Ia menunjukkan bahwa ini adalah satu tragedi, ketimbang sekadar kesedihan, karena ”kehancuran sosial adalah akibat niscaya dari logika imanen” kebudayaan.
Namun, paradoks dan tragisnya, individu tidak memiliki alternatif lain kecuali terus menciptakan produk budaya. Terlebih lagi, terjerat kedalam kehidupan produktivitas tanpa makna, individu “tidak memiliki energi untuk memberontak atau memprotes sistem budaya sebagai sistem, ataupun untuk bereaksi terhadap cara-cara menyimpang dan terlalu dibesar-besarkan”.
F.     Kritik terhadap Teori Georg Simmel
Kritik terhadap Simmel yang paling sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang terpisah-pisah.Simmel dituduh tidak memiliki pendekatan teoritis koheren, namun hanya memiliki serangkaian pendekatan fragmentaris atau “inpresionistik”.Simmel memfokuskan perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris bukan merupakan kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan dalam pemikiran para pendiri sosiologi lainnya.Meski sangat sedikit orang yang menganut pemikiran Simmelian, Simmel acap diakui sebagai seorang “innovator gagasan dan tolok ukur teoritis”.Konsekuensinya, Simmel sering kali dipandang sebagai sumber alami wawasan yang harus digali bagi hipotesis empiris ketimbang sebagai satu kerangka kerja koheren bagi analis teoretis.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858.Pokok perhatian utama Simmel bukanlah isi melainkan bentuk interaksi sosial.perhatian ini muncul dari keidentikan Simmel dengan tradisi Kantian dalam filsafat,yang memisahkan bentuk dan isi. Namun pandangan Simmel cukup sederhana. Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari peristiwa,tindakan,interaksi, dan lain sebasginya yang tak terhingga.
Buku the philosophy of money menggambarkan dengan baik betapa luas dan majunya pemikiran Simmel.Secara konklusif buku ini menunjukkan paling tidak Simmel layak mendapatkan pengakuan atas teori umumnya maupun esai-esainya tentang sosiologi mikro, yang sebagian besarnya dapat dilihat sebagai manifestasi spesifik teori umumnya.
Kritik terhadap Simmel yang paling sering dikutip adalah karakter karya-karyanya yang terpisah-pisah.Simmel dituduh tidak memiliki pendekatan teoritis koheren, namun hanya memiliki serangkaian pendekatan fragmentaris atau “inpresionistik”.Simmel memfokuskan perhatiannya pada bentuk dan tipe asosiasi, dan hal tersebut nyaris bukan merupakan kesatuan teoritis seperti yang dapat ditemukan dalam pemikiran para pendiri sosiologi lainnya.
B.     Saran
Meski sangat sedikit orang yang menganut pemikiran Simmelian, Simmel acap diakui sebagai seorang “innovator gagasan dan tolok ukur teoritis”.Konsekuensinya, Simmel sering kali dipandang sebagai sumber alami wawasan yang harus digali bagi hipotesis empiris ketimbang sebagai satu kerangka kerja koheren bagi analis teoretis.


DAFTAR PUSTAKA
Giddens, Anthoni, dkk. 2009. Sosiologi sejarah dan berbagai pemikirannya. Jogjakarta : Kreasi Wacana Jogjakarta.
Hotman M. Siahan, 1986, Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, Jakarta: Erlangga
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi: Dasar Teori Sosiologi Klasik sampai Perkmbangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Jogjakarta : Kreasi Wacana Jogjakarta.










1 komentar:

  1. WinStar World Casino and Resort is opening
    WinStar 토토 사이트 운영 World Casino and Resort is opening a new, $400M casino-resort expansion in 배당 토토 the U.S. 라이브바카라 with the 축구 토토 opening of its $400 million 인터넷바카라 Sky Tower

    BalasHapus