BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup
Karl Marx lahir di
Trier, Prussia tanggal 5 Mei 1818. Ayahnya seorang pengacara, memberikan nuansa
kehidupan kelas menengah pada keluarganya. Kedua orang tuanya berasal dari
keluarga rabi, namun karena alasan bisnis ayahnya berganti agama menjadi
Lutherian ketika Karl Marx masih sangat muda. Pada tahun 1841 Marx memperoleh
gelar Doktor Filsafatnya dari Universits Berlin, seolah yang sangat dipengaruhi
Hegel dan para hegelianmuda yang begitu suportif, namun kritis terhadap guru
mereka. Disertasi Doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar,
namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah lulus ia
menjadi penulis di koran radikal-liberal dan
dalam kurun waktu 10 bulan menjadi editor kepala. Namun, kareana posisipolitisnya, koran ini ditutup 10 bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang dipublikasikan pada periode itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya. Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dab idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelin, impian naif komunis-utopis, dan para aktifis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur. Ketika menolak aktifis-aktifis tersebut, Marx meletakkan karya abadinya:
dalam kurun waktu 10 bulan menjadi editor kepala. Namun, kareana posisipolitisnya, koran ini ditutup 10 bulan kemudian oleh pemerintah. Esai-esai awal yang dipublikasikan pada periode itu mulai merefleksikan sejumlah pandangan-pandangan yang akan mengarahkan Marx sepanjang hidupnya. Dengan bebas, esai-esai tersebut menyebarkan prinsip-prinsip demokrasi, humanisme, dab idealisme muda. Ia menolak sifat abstrak filsafat Hegelin, impian naif komunis-utopis, dan para aktifis yang menyerukan hal-hal yang dipandangnya sebagai aksi politik prematur. Ketika menolak aktifis-aktifis tersebut, Marx meletakkan karya abadinya:
upaya
praktis, dilakukan massa, dapat dijawab
dengan meriam begitu upaya-upaya tersebut membahayakan, namun gagasan-gagasan
yang telah melampaui intelektualitas dan mengalahkan keyakinan kita,
gagasan-gagasan yang karena alasan tersebut telah membelenggu kesadaran kita,
adalah rantai yang tidak dapat dilepaskan orang tanpa mematahkan hatinya, itu
semua adalah hantu yang hanya dapat diklahkan orang dengan cara tunduk
kepadanya. (Marx, 1842/1977:20).
Marx menikah tahun 1843
dan segera terpaksa meninggalkan Jerman untuk mencari atmosfer yang lebih
liberal di Paris. Di sana ia terus mengaut gagasan Hegel dan para pendukungnya,
namun ia juga mengalami dua gagasan baru- sosialisme Prancis dan ekonomi
politik Inggris, inilah cara uniknya mengawinkan Hegelianisme, sosialisme,
dengan ekonomi politik yang memabangun orientasi intelektualnya. Yang sama
pentingnya adalah pertemuannya dengan orang yang menjadi sahabat sepanjang
hayatnya, penopang finansialnya, dan kolabolatornya Friedrich Engels (Carver,1983).
Engels menjadi seorang sosialis yang bersikap kritis terhadap kondisi yang
dihadapi kelas pekerja. Pada tahun 1844 Engels dan Marx berbincang lama, dalam
percakapan itu Engels mengatakan “Persetujuan penuh kita atas arena teoretis
telah menjadi gamblang.....dan kerja sama kita berasal dari sini” (Mclellan,
1973: 131). Tahun berikutnya Engels memublikasikan satu karya penting. The Condition of the Working Class in
England. Selama masa itu Marx menulis sejumlah karya rumit (banyak
diantaranya tidak dipublikasikan sepanjang hayatnya). Termasuk The Holy Family and The German Ideology
(keduanya ditulis bersama dengan Engels), namun ia pun menulis The Economic and Philoshopic Manuscripts of
1844, yang memayungi perhatiannya yang semakin meningkat terhadap ranah
ekonomi.
Sebenarnya, banyak
orang percaya bahwa Engels sering gagal memahami kejelian karyanya Marx (C.
Smith,1997). Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi
teori Marxian. Karena beberapa tulisannya meresahkan Pemerintah Prussia,
Pemerintah Prancis (atas permintaan Pemerinta Prussia) mengusir Marx pada tahun
1845, dan ia berpindah ke Brussel. Radikalismenya tumbuh, dan ia menjadi
anggota aktif gerakan revolusioner internasional.
Pada tahun 1849 Marx
pindah ke London, dan karena kegagalan revolusi politiknya pada tahun 1848, ia
mulai menarik diri dari aktivitas revolusioner aktif dan beralih ke penelitian
yang lebih serius dan terperinci tentang bekerjanya sistem kapitalis. Pada
tahun 1952, ia mulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme
di British Museum.
Studi-studi ini
akhirnya menghasilkan tiga jilid buku Capital, yang jilid pertamanya terbit
pada tahun 1867, dua jilid yang lain terbit setelah ia meninggal. Ia hidup
miskin selama tahun-tahun itu, dan hampir tidak mampu bertahan hidup dengan
sedikitnya pendapatan dari tulisan-tulisannya dan dari bantuan Engels. Pada
tahun 1864 Marx terlibat dalam aktivitas politik dengan bergabung dengan International, gerakan pekerja internasional. Ia segera
mengemuka dalam gerakan ini dan menghabiskan selama beberapa tahun di dalamnya.
Ia mulai meraih ketenaran baik sebagai pemimpin International maupun sebagai penulis buku Capital. Namun disintegrasi yang dialami International pada tahun 1876, gagalnya sejumlah gerakan
revolusioner, dan penyakit yang dideritanya menandai akhir karier Marx.
Istrinya meninggal pada tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882, dan Marx
sendiri pada tanggal 14 Maret 1883.
B. Filsafat Dialektika
Dialektika adalah
kerangka berpikir dan citra dunia. Di satu sisi, dialektika adalah kerangka
berpikir yang menekankan pentingnya proses, hubungan, dinamika, konflik, dan
kontradiksi suatu kerangka berpikir yang dinamis ketimbang statis tentang
dunia.
Fokus Marx pada
kontradiksi-kontradiksi yang benar-benar ada, membawa dia kepada suatu metode
khusus untuk mempelajari fenomena sosial yang disebut dialetika (Ball, 1991:
Friedrichs, 1972: Ollman, 1976: Scheinder,1971).
1.
Fakta dan Nilai
Dalam
analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta
sosial. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai mereka bisa dan bahkan harus
dipisahkan dari studi mereka terhadap fakta-fakta dunia sosial. Namun pemikir
dialektis percaya bahwa bukan hanya tidak mungkin untuk membiarkan nilai-nilai
tidak terlibat dalam studi terhadap dunia sosial, tetapi juga tidak diinginkan,
karena hal itu akan menghasikan suatu sikap ketakberpihakan, sosiologi yang
tidak manusia yang hanya menawarkan sedikit hal kepada orang dalam mencari
jawaban-jawaban atas problem-problem yang mereka hadapi. Fakta-fakta dan
nilai-nilai saling terkait, oleh karena itu fenomena sosial itu sarat nilai (value-laden). Ketika Marx terlibat
secara emosional pada apa yang tengah dia pelajari, itu bukan berarti
observasi-observasinya tidak akurat. Bahkan bisa dinyatakan bahwa pandangan
Marx yang berpihak pada isu-isu ini memberinya pengertian yang tidak paralel
terhadap hakikat masyarakat kapitalis.
2.
Hubungan Timbal Balik
Metode
analisis dialektik bukanlah hubungan sebab akibat sederhana dan satu arah antar
bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir dialektis, pengaruh-pengaruh sosial
tidak pernah secara sederhana mengalir di satu arah sebagaimana yang diadaikan
para pemikir sebab akibat. Bagi dialektikawan, satu faktor mungkin memang
berpengaruh pada faktor lain, namun faktor lain ini juga akan berpengaruh pada
faktor pertama. Misalnya meningkatnya eksploitasi terhadap para pekerja oleh
kapitalis barangkali menyebabkan para pekerja semakin tidak puas dan lebih
militan, tetapi peningkatan militansi proletariat juga mungkin akan menyebabkan
kapitalis beraksi dengan menjadi makin eksploitatif agar resistansi para
pekerja ditakhlukan.
3.
Masa Lalu, Masa
Sekarang, dan Masa Depan
Para
dialektikawan tidak hanya tertarik pada hubungan fenomena-fenomena sosial pada
dunia kontemporer, tetapi juga tertarik pada hubungan realitas-realitas
kontemporer tersebut dengan fenomena-fenomena sosial masa lalu (Bauman, 1976:
81) dan masa yang akan datang. Hal ini memiliki dua implikasi yang terpisah
terhadap sosiologi dialektis. Pertama, ia berarti bahwa para sosiolog dialektis
bergelut mempelajari akar-akar historis dunia kontemporer sebagaimana yang
dilakukan oleh Marx (1857-58/1964) dalam studinya terhadap sumber-sumber
kapitalisme modern. Dan memang para pemikir Dialektis sangat kritis terhadap
sosiologi modern karena kegagalannya melakukan banyak penelitian historis.
Dalam hal ini ada contoh yang menarik dalam pemikiran Marx yang ditemukan dalam
kutipan dari The Eighteenth Brumaire of
Louis Bonaparte:
Manusia menciptakan sejarah mereka sendiri, tetapi
mereka tidak menciptakannya sebagaimana yang mereka senangi; mereka tidak
menciptakannya dalam keadaan dimana mereka bisa memilih sendiri; tetapi dalam
keadaan yang secara langsung bertemu dari masa lalu. Tradisi dari semua
generasi yang telah meninggal, menghimpit seperti sebuah mimpi buruk dalam otak
kehidupan.
(Marx, 1852/1970: 15)
Kedua,
banyak pemikir dialektis menyesuaikan diri dengan tren sosial masa sekarang untuk
memahami arah yang mungkin bagi masyarakat di masa depan. Para dialektikawan
yakin bahwa bagaimana sesungguhnya dunia masa depan ini hanya bisa dilihat
melalui studi yang hati-hati terhadap dunia kontemporer. Inilah pandangan
mereka yang menyatakan sumber-sumber masa depan terdapat di masa sekarang.
4.
Tidak Ada yang Tidak
Dapat Dielakkan
Pandangan
dialektis yang melihat adanya hubungan antara masa sekarang dengan masa yang
akan datang bukan berarti masa datang ditentukan oleh masa sekarang.
5.
Aktor dan Struktur
Para
pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan struktur
sosial. Marx tentu saja sudah mengenal saling pengaruh yang terus terjadi
antara level-level utama analisis sosial. Inti pemikiran Marx berada pada
hubungan antara manusia dan struktur struktur skala luas yang mereka ciptakan
(Lefebvre, 1968: 8). Di satu sisi, struktur-struktur skala luas ini membantu
manusia untuk memenuhi kebutuhan diri mereka; di sisi lain, dia
mempresentasikan suatu ancaman yang menakutkan terhadap umat manusia. Namun,
metode dialektis bahkan lebih kompleks dari ini, karena sebagaimana yang telah
kita lihat, para dialektikawan mengakui keadaan masa lalu, masa sekarang, dan
masa yang akan datang, dan hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor dan
struktur-struktur.
C. Konsep Karl Max Mengenai Manusia (Humanisme)
1.
Sifat Dasar Manusia
Bagi Marx, konsepsi
tentang sifat dasar manusia yang tidak memperhitungkan faktor-faktor sosial dan
sejarah adalah salah, akan tetapi melibatkan faktor-faktor itu juga tidak sama
dengan tidak menggunakan konsepsi tentang sifat dasar manusia sama sekali. Marx
sering menggunakan istilah species being.
Yang dia maksud adalah potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang unik yang
membedakan kita dengan spesies yang lain.
Sebagaian Marxis,
seperti Louis Althusser (1969: 229), berpendapat bahwa Marx dewasa tidak
meyakini adanya sifat dasar manusia apa pun. Tentu saja ada alasan-alasan untuk
menganggap sifat dasar manusia tidak penting bagi seseorang yang tertarik
mengubah masyarakat. Ide-ide tentang sifat dasar manusia seperti ketamakan,
kecenderungan pada kekerasan, perbedaan gender “alamiah” kita sering digunakan
untuk menentang perubahan sosial apa pun. Konsepsi-konsepsi sifat dasar manusia
itu konservatif. Jika problem-problem kita disebabkan oleh sifat dasar kita,
maka kita lebih baik belajar untuk membiasakan diri untuk mencoba mengubah
segala sesuatu.
Meskipun demukian,
jelas sekali bahwa Marx memiliki konsep sifat dasar manusia (Geras, 1983).
Beberapa konsepsi tentang sifat dasar manusia adalah bagian dari teori
sosiologi. Konsep kita tentang sifat dasar manusia mendikte bagaimana
masyarakat bisa disokong dan diubah, akan tetapi yang paling penting bagi teori
Marx adalah, anjurannya bagaimana masyarakat harus diubah.
2.
Kerja
Bagi Marx, spesies manusia dan sifat
dasarnya terkait erat dengan kerja. Bagian penting pandangan Marx tentang
hubungan antara kerja dan sifat dasar manusia diantaranya, pertama, yang
membedakan kita dengan binatang adalah bahwa kerja kita mewujudkan suatu hal di
dalam realitas yang sebelumnya hanya ada di dalam imajinasi. Produksi kita
merefleksikan tujuan kita. Marx menyebut proses di mana kita menciptakan
objek-objek eksternal di luar pikiran internal kita dengan objektivikasi.
Kedua, kerja ini bersifat material. Ia bekerja dengan alam material untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan material kita. Ketiga, Marx percaya bahwa kerja ini
tidak hanya mengubah alam, tetapi juga mengubah kita, termasuk kebutuhan,
kesadaran, dan sifat dasar kita. Kerja, oleh karena itu, pada saat yang sama
merupakan (1) obyektivikasi tujuan kita, (2) pembentukan suatu relasi yang
esensial antara kebutuhan manusia dengan obyek-obyek material kebutuhan kita,
dan (3) transformasi sifat dasar kita.
3.
Alienasi
Walaupun Marx percaya bahwa ada hubungan
yang inheren antara kerja dan sifat dasar manusia, tetapi dia juga berpendapat
kalau hubungan ini telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan
yang diselewengkan ini dengan alienasi (D.Cooper,
1991; Meisenhelder, 1991).
Walaupun individulah yang mengalami
alienasi dalam masyarakat kapitalis, fokus analitis dasar Marx adalah struktur
kapitalisme yang jadi biang alienasi ini (Israel, 1971). Marx menggunakan
konsep alienasi untuk menyatakan pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia
dan terhadap masyarakat. Hal terpenting yang patut dicatat di sini adalah
sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan memperlakukan para pekerja
(dan dengan cara demikian, waktu kerja mereka) dan alat-alat produksi mereka
(alat-alat dan bahan mentah) sebagaimana produk-produk akhir dan para pekerja
dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kapitalis agar mereka bisa bertahan.
D. Teori Kelas Sosial
Teori kelas dari Marx
berdasarkan pemikiran bahwa: “sejarah dari segala bentuk masyarakat dari dahulu
hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan”. Menurut
pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari bentuknya yang primitif
secara relatif tidak berbeda satu sama lain, masyarakat itu tetap mempunyai
perbedaan-perbedaan fundamental antara golongan yang bertikai di dalam mengejar
kepentingan masing-masing golongannya. Dalam dunia kapitalisme misalnya, inti
dari kapitalisme yaitu pabrik lebih merupakan tempat utama terjadinya
pertentangan-pertentangan antara golongan yaitu mereka yang mengeksploitir dan
mereka yang dieksploitir, antara pembeli dan penjual dan antara buruh dan
majikan; daripada merupakan tempat terjadinya kerja sama yang fungsional.
Kepentingan golongan serta konfrontasi fisik yang ditimbulkannya adalah
merupakan faktor utama dari proses sosial di dalam sejarah.
Analisis Marx selalu
mengemukakan bagaimana hubungan antara manusia terjadi dilihat dari hubungan
antara posisi masing-masing terhadap sarana-sarana produksi, yaitu dilihat dari
usaha yang berbeda dalam mendapatkan sumber- sumber daya yang langka. Ia
mencatat bahwa perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi penyebab pertikaian
antar golongan. Tetapi dia membenarkan bahwa tiap golongan masyarakat mempunyai
cara khas yang dapat menimbulkan konflik antar golongan karena masyarakat
secara sistematis menghasilkan perbedaan pendapat antara orang-orang atau
golongan yang berbeda tempat atau posisinya di dalam suatu struktur sosial dan
lebih penting lagi dalam hubungannya dengan sarana produksi. Marx memiliki
anggapan yang begitu kuat bahwa posisi di dalam struktur sedemikian ini selalu
mendorong mereka untuk melakukan tindakan
yang bertujuan untuk memperbaiki nasib mereka.
Meskipun demikian,
sesungguhnya kepentingan golongan di dalam sosiologi Marx tidak dianggap
sebagai sesuatu yang paling utama. Orang-orang berkembang di bawah lindungan
orang-orang lain yang menduduki posisi sosial tertentu dan menuju ke arah
keadaan sosial tertentu pula. Demikian yang terjadi di dalam perusahaan
industri pada mulanya dimana pertikaian telah memecah kepentingan personal dari
sekelompok orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. tetapi demi
mempertahankan upah mereka, kepentingan personal yang terpilih itu berkembang
menjadi kepentingan bersama untuk menghadapi para majikan mereka, dan
kepentingan bersama inilah yang mempersatukan mereka itu. Denga kata lain Marx
hendak mengatakan bahwa manusia sebagai orang perorang hanya akan bergabung
untuk membentuk suatu barisan (front) apabila harus melakukan konfrontasi
terhadap golongan lain. kalua tidak, mereka akan hidup saling bertentangan satu
sama lain dan selalu di dalam suasana bermusuhan.
Kemampuan kepentingan
bersama (common interest) dari anggota-anggota satu lapisan sosial tertentu
diperoleh dari lapisan sosial itu juga dari kedudukan lapisan sosial itu di
dalam struktur sosial dan hubungan-hubungan produksi. Hanya orang-orang yang
berkedudukan sama yang terlibat di dalam pertikaian akan mengubah pengertian
“klase an sich” (kelas pada hakekatnya) menjadi “klasse fur sich” (kelas untuk
kepentingan pribadi) dimana orang-orang itu akan terlibat di dalam perjuangan
bersama dan oleh karenanya mereka menjadi sadar akan nasib yang menimpa mereka.
Meskipun sejumlah orang
menempati posisi yang sama dalam proses produksi dan meskipun secara obyektif
mereka mempunyai tujuan yang sama, hanya dengan mempersatukan diri mereka mampu
membentuk suatu kesadaran kelas dan yang merupakan suatu badan yang menentukan
sejarah, apabila mereka menyadari akan kebersamaan kepentingannya melalui
konflik-konflik dengan kelas-kelas oposisi.
Bagi Marx, dasar dari
sistem stratifikasi adalah tergantung dari hubungan kelompok-kelompok manusia
terhadap sarana produksi. Yang termasuk ke dalam kelas modern yang terpenting
hanyalah mereka yang bisa disebut “pemilik tenaga kerja”, pemilik modal, dan
tuan-tuan tanah yang sumber keuangannya yang terpenting tergantung dari
penerimaan upah, laba dan sewa tanah. Yang disebut kelas dalam hal ini adalah
suatu kelompok orang-orang yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama dalam
organisasi produksi. Meskipun demikian, sebagaimana dapat dilihat bahwa dari
kelompok yang mempunyai nasib yang sama kelas-kelas yang memiliki kesadaran
diri memerlukan sejumlah kondisi tertentu untuk menjamin kelangsungannya, yaitu
mereka memerlukan adanya suatu jaringan komunikasi di antara mereka, memusatkan
massa rakyat, serta kesadaran akan adanya musuh bersama dan adanya suatu bentuk
organisasi yang rapi. Kesadaran kelas hanya akan dan dapat tumbuh bila ada
titik temu yang ideal terhadap materi, yaitu kombinasi antara permintaan
ekonomi dan politis dengan permintaan moral dan ideologis.
Dengan cara berpikir
yang sama, Marx mengemukakan pernyataan bahwa kelas pekerja (kaum buruh) harus
mengembangkan kesadaran kelas, apabila kondisi tertentu yang dibutuhkan untuk
itu telah ada dan mendorong untuk menyatakan bahwa kaum borjuis tidak mampu
mengembangkan kesadaran yang sama bagi kepentingan kolektif mereka karena adanya
persaingan yang ketat antara produsen-produsen kapitalis.
E. Determinisme Ekonomi
Dari pandangan ekonomi
klasik dapat dilihat gambaran sistem ekonomi pasar sebagai sesuatu keadaan
dimana setiap orang bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan hanya
mengejar tambahan keuntungan sendiri. Dia dengan kenyataan sedemikian ini
bagaimanapun juga telah turut menunjang tercapainya haromoni keseluruhan
masyarakat. Tetapi berbeda dengan kenyataan sedemikian itu, kata Marx ,adalah
pendapat Raymond Aron yang mengatakan bahwa: “Tiap orang yang bekerja untuk
kepentingannya sendiri, sesungguhnya telah mengambil bagian yang kontradiktif
yaitu dalam kepentingannya yang fungsional dan sekaligus penggerogotan terhadap
kekuasaan. Juga berlawanan dengan
kepentingan para “utilitarian” yang mengartikan kepentingan diri sendiri
sebagai pengatur masyarakat yang harmonis. Marx melihat kepentingan diri
sendiri di antara kaum kapitalis sebagai suatu tenaga destruksip yang
menggerogoti kepentingan kelas yang pada umumnya sebagai sesuatu yang merusak
kapitalisme. Tetapi adalah suatu kenyataan pahit kata Marx bahwa semua kaum
kapitalis secara sadar bekerja untuk kepentingan diri mereka masing-masing dan
telah menimbulkan krisis ekonomi yang makin hebat dan selanjutnya merusak
kepentingan masyarakat umum. Kondisi kerja serta peranan yang diembannya, telah
mengikat kaum buruh untuk solider satu sama lain dan juga untuk mengatasi
persaingan antar kawan dengan tujuan untuk melakukan perlawanan atau tindakan
bersama demi kepentingan bersama kelasnya. Sebaliknya kaum kapitalis yang
terdesak oleh persaingan pasar berada dalam posisi yang sulit yang tidak
memungkinkan mereka menuntut terlalu banyak dari kepentingan masyarakat umum.
Keadaan pasar serta persaingan produksi sebagai ciri khas kapitalisme,
cenderung untk memisahkan para produsen satu sama lain. Marx mengakui bahwa
kaum kapitalis memungkinkan besar akan lebih mengutamakan kepentingan pribadi
mereka, tetapi kepentingan ini lebih bersifat politis dari pada kepentingan
ekonomis. Kaum kapitalis yang terpecah belah oleh persaingan ekonomis antar
golongannya sendiri akan mengembangkan suatu ideologi yang sesuai dengan sistem
politik yang dominan demi kepentingan mereka bersama, sehingga kekuatan serta
ideologi politik mempunyai fungsi yang sama bagi kaum kapitalis sebagaimana
kesadaran kelas berarti bagi kaum buruh.
Bagi Marx, faktor
ekonomi adalah faktor penentu yang paling akhir, di mana kaum borjuis selalu
menjadi korban dari persaingan yang sudah menjadi sifat dari semua kehidupan
eksistensi ekonomi. Kenyataan sedemikian ini sesungguhnya dapat mengembangkan
suatu bentuk kesadaran, tetapi kesadaran itu hanyalah merupakan kesadaran
palsu, artinya kesadaran yang tak lebih dari keterkaitannya pada salah satu
cara berproduksi yang secara ekonomis saling bersaingan. Oleh karena itulah,
baik kaum borjuis sebagai suatu kelas di dalam masyarakat, negara borjuis
ataupun ideologi borjuis, semuanya tidak dapat dipakai sebagai penyalur untuk
menghilangkan kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri yang dipunyai kaum
borjuis. Pemerintah borjuis pasti akan runtuh apabila semangat ekonomi telah
matang dan apabila kaum buruh yang sadar akan kepentingan bersama mereka dan
diperkuat dengan sistem yang tepat untuk membangun ide-ide mereka, bergabung
dengan solidaritas yang kuat untuk bersama-sama menghadapi lawan mereka yang
terpecah belah. Sekali kaum buruh sadar bahwa mereka dikucilkan dari proses
produksi serta, tidak diikut sertakandalam sistem ekonomi, maka era kapitalisme
telah memasuki masa keruntuhannya, dan itu berarti telah memasuki masa akhir
kejayaannya.
F. Kritik Terhadap Masyarakat
Ada beberapa problem di
dalam teori Marx yang harus didiskusikan. Pertama, problem yang secara aktual
terdapat dalam komunisme. Kegagalan masyarakat-masyarakat komunis dan
perubahannya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi kapitalistis memaksa kita
mempersoalkan apakah makna semua ini bagi peran teori Marxian di dalam
sosiologi. Ide-ide Marx kelihatannya telah diuji dan ternyata gagal. Pada suatu
waktu, hampir sepertiga populasi dunia hidup di bawah negara-negara yang
terinspirasi ide-ide Marx. Sekarang, banyak Negara Marxis ini menjadi kapitalis
dan bahkan negara-negara yang masih mengklaim dirinya Marxis, tak lain adalah
bentuk kapitalisme yang terbirokrasikan,.
Untuk membantah kritik
ini, kita bisa mengemukakan bahwa negara-negara ini sebenarnya tidak pernah
mengikuti ajaran-ajaran Marx, dan tidak pada tempatnya kalau kritik-kritik
ditujukan untuk menyalahkan Marx atas setiap penyalahgunaan teorinya.
Bagaimanapun, kritik yang menyatakan bahwa Marx sendiri mendesak teori Marxis
tidak harus terpisah dari keberadaan praktisnya secara aktual. Sebagaimana
ditulis oleh Alvin Gouldner (1970:3), “ Karena telah dirancang untuk mengubah
dunia, dan bukannya untuk menghasilakn suatu interpretasi lain atasnya, maka
teori Marxis mestinya diukur berdasarkan skala sejarah”. Jika Marxisme tidak
pernah terbukti pada praktiknya maka bagi Marx sebaik-baiknya dia akan menjadi
sebuah teori yang tak ada gunanya dan seburuk-buruknya menjadi ideologis.
Kemudian daripada itu terlihat jelas bahwa kelemahan Marx dari segi komunisme.
Seandainya dia mengembangkan teori birokrasi negara yang komplit, tidak
tertutup kemungkinan Marx malah akan lebih memilih setan-setan kapitalisme.
Problem kedua yang
sering dikemukakan adalah tidak adanya subjek
emansipatoris. Inilah ide bahwa teori Marx menempatkan proletariat di
jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada komunisme, namun pada
kenyataannya proletariat jarang memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke
dalam kelompok-kelompok yang menentang komunisme. Hal ini juga ditambah dengan
fakta bahwa para intelektual misalnya sosiolog-sosiolog akademis mengisi
keruang yang ditinggalkan oleh proletariat dan mensubstitusikan
aktivitas-aktivitas intelektual untuk
perjuangan kelas. Kekecewaan para intelektual terhadap konservatisme
proletariat ditransformasikan menjadi sebuah teori yang menegaskan aturan
ideologi lebih gencar dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Marx dan yang
cenderung melihat “pahlawan-pahlawan” revolusi masa depan sebagai korban-korban
penipuan.
Problem ketiga adalah
hilangnya dimensi gender. Salah satu poin utama teori Marx adalah bahwa kerja
menjadi sebuah komoditas di bawah kapitalisme, sementara pada fakta historisnya
hal ini lebih sedikit terjadi pada wanita ketimbang laki-laki. Untuk tingkatan
yang lebih luas. Kerja laki-laki yang diupah tergantung pada kerja wanita yang
tidak diupah. Hal ini benar khususnya ketika hal ini terjadi pada
generasi-generasi pekerja selanjutnya. Sayer (1991) mencatat bahwa hal ini
tidak hanya meninggalkan satu ruang kosong di dalam analisisnya, akan tetapi
memengaruhi argument utamanya bahwa kapitalisme didefinisikan dengan ketergantungan
pertumbuhannya pada tenaga kerja, sebab pertumbuhan tenaga kerja tergantung
pada kerja wanita yang tidak diupah. Patriarki mungkin menjadi suatu dasar yang
esensial bagi kemunculan kapitalisme yang begitu saja diabaikan Marx.
Problem keempat adalah
bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh produksi dan
mengabaikan aturan konsumsi. Fokusnya pada produksi menggiringnya untuk
memprediksikan bahwa masalah-masalah efisiensi dan pemotongan upah akan
menggiring pada proletarianisasi, peningkatan alienasi, dan semakin
meruncingnya konflik kelas. Bisa didebat bahwa pusat aturan konsumsi di dalam
ekonomi modern mendorong beberapa kreativitas dan usaha bahwa hal ini
menunjukkan adanya jenis pekerjaan yang bergantung pada gaji yang tidak
menyebabkan alienasi. Orang-orang yang membuat video game yang baru atau
menyutradarai film-film atau mempertunjukkan musik popular kurang teralienasi
dari kerjanya, meskipun mereka masuk ke dalam sistem kapitalis. Walaupun hanya
ada sedikit jenis pekerjaan yang seperti ini, namun hal ini memberikan harapan
konkret untuk massa yang teralienasi yang bisa mengantisipasi bahwa mereka,
atau setidaknya anak-anak mereka, mungkin bisa memperoleh pekerjaan yang
menarik dan kreatif.
Terakhir, sebagian
menganggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan Barat sebagai
sebuah problem. Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang selalu
meningkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan-kebutuhan materialnya. Di
samping itu, Marx yakin bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk
mengolah alam demi mencapai tujuan-tujuannya. Asumsi-asumsi inilah yang
barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan di masa
datang.
G. Karya – Karya Karl Max
Berikut
adalah beberapa karya Marx semasa hidupnya:
1.
Economic and
Philosophical Manusript.
Tulisan
ini terinspisrasi karena Marx banyak mengenal tulisan-tulisan ahli ekonomi
politik seperti Adam Smith dan David Ricardo. Marx dalam hal ini mengambil isu
individualisme pendekatan ini dengan mengatakan bahwa deengan individualisme
manusia dikesampingkan.
2.
The German Ideology
Karya
ini merupakan hasil pemikirannya dengan Engles. Karya ini mengenai suatu
interpretasi komprehensif tentang perubahan dan perkembangan sejarah sebagai
alternatif terhadap interpretasi Hegel mengenai sejarah.
3.
The Class Strruggles in
France dan The Eighteenth Brumaire of Louis
Bonaparte.
Kedua
esai ini menerapkan metode materialis historisnya Marx dengan berusaha untuk
mengungkapkan kondisi-kondisi sosial dan material yang mendasar yang terdapat
di bawah permukaan perjuangan-perjuangan ideologis yang dinyatakan hanya dengan
kondisi-kondisi sosial dan materil.
4.
The Communist Manifesto
Sebuah
tulisan yang ditugaskan kepada Marx oleh organisasi Communist League
setelah perdebatan antara Marx dan Weikting dalam organisasi itu mengenai waktu
yang tepat untuk revolusi proletariat. Dan ini merupakan pernyataan yang akan
menjadi program teoretis untuk organisasi itu.
5.
Das Kapital
Dalam
Das Kapital Marx mengembangkan dan mensistematisasi sebagian besar ide-ide yang
sudah diuraikan sebelumnya secaara singkat dari karya-karya sebelumnya
0 komentar:
Posting Komentar